Jakarta, CNN Indonesia --
Keheningan alami -- momen ketika Anda tidak mendengar apa pun kecuali suara alam di sekitar Anda -- menjadi semakin langka.
Gemuruh suara buatan manusia dapat terdengar bahkan di sudut-sudut terpencil taman nasional dan samudra.
Langkanya keheningan memiliki efek yang mengganggu. Pada manusia, polusi suara telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, masalah kesehatan mental dan gangguan kognitif pada anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada satwa liar, ini mengganggu navigasi, ritual kawin, komunikasi hingga dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
"Kami kehilangan kemampuan untuk mendengarkan alam tanpa polusi suara," kata perekam suara Matt Mikkelsen, seperti yang dikutip dari CNN pada Selasa (10/8).
Dia adalah bagian dari organisasi nirlaba Quiet Parks International, yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan melestarikan tempat-tempat hening terakhir di planet ini.
Itu bukan tugas yang mudah. Untuk tempat yang memenuhi kriteria pemilihan Quiet Parks (Taman Tenang), tidak boleh ada lebih dari satu suara yang terdengar dari sumber manusia setiap 15 menit.
Tugas Mikkelsen adalah mendengarkan di lokasi yang prospektif, lalu merekam suara di sekitarnya dengan mikrofon bersensitivitas tinggi.
Metode pengukur ketenangan
Baru-baru ini, tugasnya membawanya ke Boundary Waters Canoe Area Wilderness di timur laut Minnesota.
Tidak ada mobil, perahu motor, listrik, atau saluran telepon yang diizinkan di area seluas 1 juta hektare itu, menjadikannya nominasi kuat untuk status Quiet Parks.
Tetapi mendengarkan kembali rekaman suara di sana, Mikkelsen dapat mendengar dengungan rendah dari jet komersial yang terbang jauh.
Pada saat yang sama, ia mendengar suara yang dibuat burung belibis untuk menandai wilayahnya atau sebagai panggilan kawin, dengan mengepakkan sayapnya ke udara.
"Ketika sebuah pesawat terbang dan belibis mencoba "menelepon", mereka bersaing untuk mendapatkan ruang pada spektrum frekuensi," katanya.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
[Gambas:Instagram]
Quiet Parks International belum memutuskan apakah Boundary Waters memenuhi kriterianya -- ini adalah salah satu dari 260 situs potensial di seluruh dunia yang sedang dijelajahi oleh organisasi tersebut.
Tim akan menganalisis rekaman suara dari setiap lokasi dan mempertimbangkannya bersama data lain, seperti yang diperoleh dari peta lalu lintas jalan dan udara, atau keberadaan industri lokal yang dapat menyebabkan gangguan, seperti pertambangan.
Sejauh ini, organisasi tersebut telah mensertifikasi satu taman sepi hutan belantara, yang terletak di tepi Sungai Zabalo di Amazon Ekuador, dan dua taman kota yang tenang: Taman Nasional Yangmingshan di Taiwan dan Hampstead Heath, di London.
Untuk sertifikasi perkotaan, kriteria berubah, dengan mempertimbangkan bahwa seringkali akan ada kebisingan latar belakang yang rendah dari transportasi. Ia juga mengenali jalur pejalan kaki yang tenang dan akan segera memperkenalkan sertifikat Marine Quiet Parks.
Meskipun penunjukan tersebut tidak memberikan perlindungan yang dapat ditegakkan secara hukum, Quiet Parks International berharap bahwa hal itu akan mendorong pelestarian dengan membantu daerah tersebut mendapatkan pengakuan, membangkitkan minat media dan meningkatkan ekowisata, yang memberikan insentif bagi otoritas lokal untuk menjaga ketenangan.
Quiet Parks International menambahkan bahwa meskipun ada potensi konflik antara meningkatkan pariwisata dan menjaga ketenangan, pihaknya berharap penunjukan tersebut akan menarik wisatawan yang mencari pengalaman yang tenang dan cenderung melakukan kegiatan dengan lebih bertanggung jawab.
Taman Sungai Zabalo, daerah yang merupakan rumah bagi masyarakat adat Cofán, berada di bawah ancaman pembangunan dan pertambangan, tetapi Quiet Parks International berharap sertifikasinya, yang diberikan pada 2019, akan meningkatkan pariwisata, membantu masyarakat untuk mempertahankan tanah mereka dan melestarikan budaya mereka.
Sejauh ini, pandemi telah menghambat potensi dampaknya, kata Randy Borman, seorang pemimpin Cofán, tetapi dia berharap ketika pariwisata dibuka, mereka akan merasakan dampaknya.
"Untuk dapat membawa orang ke lokasi di mana suara manusia benar-benar diliputi oleh alam adalah kegembiraan yang langka," katanya.
"Pariwisata adalah kekuatan utama dalam mencegah eksploitasi," tambahnya. "Keduanya membawa dukungan keuangan yang sangat dibutuhkan sehingga masyarakat bisa menjaga potensi tersebut."
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
[Gambas:Instagram]
Pandemi dan ketenangan
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menjadi lebih bising, dengan semakin banyak kota-kota berkembang, menciptakan lalu lintas yang padat, tak hanya di darat tapi juga di air dan udara.
Namun selama pandemi Covid-19, ada jeda sesaat. Pada tahun 2020, perjalanan udara global turun 60 persen dan transportasi darat turun hampir setengahnya. Para ilmuwan di Eropa menemukan bahwa kebisingan yang disebabkan oleh manusia turun hingga 50 persen setelah lockdown (penguncian) diberlakukan.
Orang-orang menikmati keheningan, kata Mikkelsen. "Tidak ada pesawat terbang di langit begitu juga dengan dan mobil di jalan... Sungguh menakjubkan bisa mendengar dunia, tiba-tiba, bebas dari polusi suara," katanya.
Dia percaya bahwa penguncian virus corona telah membantu orang untuk berhubungan kembali dengan alam dan lebih peduli terhadap lingkungan di sekitar mereka.
Sejak awal pandemi, Quiet Parks International mengatakan telah mengalami lonjakan minat yang besar dan peningkatan nominasi untuk tempat-tempat sepi.
"Saya harap kita bisa mewujudkan keinginan untuk dunia dengan lebih sedikit kebisingan," kata Mikkelsen, "dan menghargai tempat yang kita miliki, di mana kita bisa pergi dan tidak mengalami polusi suara."
Di Indonesia sendiri, ada empat kawasan yang berpotensi masuk dalam daftar Taman Tenang Sedunia, yakni; Hutan Sumatera, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo dan Taman Nasional Lorentz.
Daftar lengkap Quiet Parks International bisa dilihat melalui link ini.
[Gambas:Photo CNN]
[Gambas:Instagram]