Jakarta, CNN Indonesia --
Manusia di zaman prasejarah menggunakan bahan alami untuk membuat karya seni.
Teknik yang sama juga diterapkan di Pulau Hormuz, Iran, yang tanah dan pasirnya berwarna-warni.
Pulau Pelangi, begitu sebutan masyarakat sekitar untuk Pulau Hormuz yang pasir dan tanahnya berwarna gradasi, mulai dari pink, merah, oranye sampai kuning.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kandungan warna-warninya lapisan berwarna yang disebut masyarakat 'golak' ini disebut gabungan tanah liat, karbonat, hingga batuan vulkanik yang kaya mineral.
Selain digunakan sebagai bahan pewarna lukisan, karpet dan keramik, pasir dan tanah di pulau ini juga sering digunakan untuk bahan pewarna masakan dan kosmetik.
Secara historis, pulau seluas 42 km persegi ini merupakan area pelabuhan penting.
Pulau ini juga memiliki reruntuhan benteng dan meriam Portugis.
Pada awal abad ke-16, pulau diduduki oleh pasukan Portugis yang menggunakannya sebagai persinggahan kapal-kapal yang berlayar ke Goa, Gujarat, dan Qeshm di dekatnya.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
[Gambas:Instagram]
Di pulau ini berdiri desa dengan pemukiman sederhana yang hanya dihuni beberapa puluh jiwa.
Bangunan bercat putih nampak kontras dengan pemandangan warna-warni pantai sampai tebing di Pulau Hormuz.
Tempat-tempat populer yang dikunjungi wisatawan di pulau ini termasuk Pantai Merah, Lembah Pelangi, Gunung Garam, dan Lembah Patung.
Sejarah maritim Hormuz dapat dilihat sekilas dengan mengunjungi benteng pesisir Portugis, dan energi artistik pulau ini dapat dilihat pada mural dan karya seni lainnya yang menghiasi pulau, serta museum dan galeri seniman yang cinta alam, Dr. Ahmad Nadaian.
Hanya ada satu jalan dan hampir tidak ada mobil di pulau ini. Warga biasanya berkendara dengan motor atau tuk-tuk.
Mengutip Tehran Times, di musim panas suhu di Pulau Hormuz bisa naik hingga lebih dari 43 derajat Celcius, jadi wisatawan disarankan datang saat musim dingin.
Penyeberangan feri ke Pulau Hormuz berangkat dari Pulau Qeshm dan Bandar Abbas.
Meskipun wisatawan dapat naik feri pagi dan kembali di malam hari, pulau ini menawarkan penginapan sederhana hingga area berkemah di tengah alam.
Di tengah pandemi virus Corona, perjalanan wisata masih dikategorikan sebagai perjalanan bukan darurat, sehingga sebaiknya tidak dilakukan demi mencegah penyebaran dan penularan Covid-19, terutama di daerah yang masih minim fasilitas kesehatannya.
Jika hendak melakukan perjalanan antarkota atau antarnegara, jangan lupa menaati protokol kesehatan pencegahan virus Corona, dengan mengenakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak fisik antarpengunjung. Jangan datang saat sakit dan pulang dalam keadaan sakit.
[Gambas:Photo CNN]
[Gambas:Photo CNN]