Jakarta, CNN Indonesia --
Rumah hunian peninggalan Belanda di Indonesia lebih sering dianggap sebagai bangunan kuno yang berhantu dan angker. Padahal, rumah Belanda memiliki banyak sisi indah nan artistik yang mengagumkan.
Banyak rumah Belanda di Indonesia yang dibangun dengan arsitektur bergaya Art Deco yang digabungkan dengan gaya tropikal. Arsitektur khas Eropa yang populer sekitar tahun 1900-an dipadukan dengan gaya rumah tropikal sehingga "para meneer" bisa tetap merasa adem saat berada di dalamnya.
Rumah-rumah Belanda banyak dibangun di penjuru Indonesia, mulai dari Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang dan masih banyak lagi. Di mana terdapat rumah Belanda, di situ berarti pemukiman para pejabat VOC beserta kantor-kantor pentingnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Jakarta, rumah-rumah Belanda banyak ditemukan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Beberapa ada yang dialihfungsikan menjadi restoran sampai kafe, seperti restoran Gandy Steak, Plataran, Kaum dan Starbucks.
Banyak juga rumah pejabat dan kantor pemerintahan di sekitar Menteng yang berupa rumah peninggalan Belanda, rumah dinas Gubernur DKI Jakarta di seberang Taman Suropati yang kini ditempati oleh Anies Baswedan.
Beberapa bangunan peninggalan Belanda - sama seperti bangunan peninggalan penjajah Jepang dan Portugis - ada yang masuk dalam daftar Cagar Budaya.
Daftar Cagar Budaya ini terbagi dalam lima jenis; Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya.
 Salah satu sudut di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Pembagian ruangan
Saat masuk ke rumah Belanda yang eksterior dan interiornya masih terjaga, kita pasti langsung merasakan aliran udara yang baik.
Mengutip tulisan dari situs Arsitektur Indonesia, fasad rumah Belanda biasanya berupa segi empat, segi lima, atau segi enam. Pintu masuk bisa di bangun pada bagian tengah fasad, bisa juga berada di tepi kanan.
Ciri lain dari desain rumah Belanda ini adalah biasanya mempunyai dinding yang cukup tebal. Selain langit-langit yang tinggi, rancangan ini juga secara tak langsung memberikan kesan dingin ketika masuk di dalamnya, meskipun kondisi cuaca di luar panas terik.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Denah ruangan rumah Belanda tak jauh bedanya dengan denah ruangan rumah biasa, di mana terdapat area makan, area keluarga, kamar tidur, dan kamar tamu.
Lantai atas biasa digunakan untuk kamar anak. Namun lantai atas tak sebesar lantai bawah.
Di tengah lantai bawah terdapat area sentral tempat berkumpul, mulai dari ruang makan, ruang tamu dan teras.
Penghuni rumah Belanda juga tak lupa memajang karya seni berupa lukisan pemandangan dengan media cat minyak di sudut ruangan huniannya.
Karena pada saat itu orang Belanda sering melakukan perjalanan laut, tak heran lukisan yang dipajang bertema maritim.
Rumah Belanda juga memiliki taman rumput yang lumayan luas dan teduh, sehingga ideal untuk ditinggali pasangan baru bersama anaknya yang masih kecil.
Potensi wisata
Sayangnya, saat ini semakin sedikit rumah Belanda yang bertahan dari modernisasi akibat dari kurang tegasnya pemerintah. Banyak rusak sampai yang diruntuhkan untuk dibangun bangunan baru yang melupakan arsitektur bersejarahnya.
Padahal rumah Belanda bisa dilestarikan karena berpotensi besar menjadi objek wisata sejarah Jakarta selain Museum Fatahillah yang selama ini sering dipromosikan, seperti yang dikatakan salah satu pemandu wisata dari Jakarta Good Guide, Candha.
"Dari pengalaman teman yang mengelola hostel di rumah Belanda warisan orang tuannya di Jalan Surabaya, ada tiga aturan untuk renovasi bangunan kuno semacam ini; yang tak boleh diubah sama sekali, yang tak boleh diubah gerbang depannya dan yang tak boleh diubah kaki-kakinya," kata Candha saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com pada Jumat (13/8).
"Rumah teman saya masuk kategori kedua, sehingga ia bebas membangun bangunan baru sebagai hostel kecil-kecilan," lanjutnya.
Candha ikut menyayangkan kalau hingga saat ini banyak rumah Belanda yang ditelantarkan, bahkan dianggap masyarakat sebagai rumah berhantu, padahal jika dilestarikan bukan tidak mungkin arsitekturnya bakal menginspirasi lebih pembangunan hunian ideal di negara tropis ini.
"Rumah Belanda juga berpotensi menjadi objek wisata. Kalau pun masih ada penghuninya, wisatawan tak perlu masuk, hanya ditujukan saja 'ini lho pemukiman Belanda zaman dulu, ada rumah, dekat dengan sekolah' dan lain sebagainya," pungkasnya.