Menjaga Kewarasan Generasi Sandwich yang Rentan Stres
Generasi sandwich disebut lebih rentan mengalami stres hingga masalah kesehatan mental lainnya.
Survei di Amerika Serikat pada 2007 menunjukkan bahwa generasi sandwich yang terdiri dari usia 35 - 54 tahun, mengalami tingkat stres lebih tinggi karena dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak dan juga orangtua mereka.
Hampir 40 persen wanita generasi sandwich melaporkan tingkat stres yang ekstrem.
Stres ini tidak hanya memengaruhi relasi personal terhadap pasangan, anak dan keluarga, tapi juga kesejahteraan diri sendiri.
Menurut definisi Ward R. A dan Spitze pada 1998, generasi sandwich (sandwich generation) adalah suatu istilah yang merujuk pada sekelompok individu yang "terjepit" di antara tuntutan simultan dalam merawat orang tuanya yang telah lanjut usia, dan merawat anak-anaknya yang masih bergantung padanya, baik secara fisik, mental-emosional, maupun finansial.
Istilah generasi sandwich pertama kali diperkenalkan oleh dua orang pekerja sosial yaitu Dorothy Miller dan Elaine Broody pada 1981 untuk menggambarkan pelaku rawat
(caregiver) yang terjepit di antara dua generasi.
Sebagai pelaku rawat, individu yang berada di generasi sandwich ini umumnya dituntut untuk memberikan dukungan fisik, mental-emosional, dan finansial baik bagi anak-anaknya dan juga orang tuanya yang telah lanjut usia.
Secara umum, karakteristik individu yang berada di generasi sandwich biasanya adalah pria dan wanita berusia 30 tahun ke atas yang telah menikah, dan bekerja.
Generasi sandwich menanggung beban dan tanggung jawab dalam memberikan perawatan dan layanan seperti transportasi, pengaturan makan, perawatan kesehatan, dan urusan rumah tangga lainnya, baik bagi anak-anaknya maupun orang tuanya.
Menurut pemaparan dokter spesialis kedokteran jiwa di RS Pondok Indah, Zulvia Oktanida Syarif, generasi sandwich yang menjadi pelaku rawat bagi dua generasi ini lebih rentan mengalami berbagai masalah kesehatan mental, antara lain:
- burnout (kelelahan fisik dan mental),
- gangguan tidur (banyak tidur atau kurang tidur),
- perasaan bersalah,
- merasa khawatir terus-menerus,
- hilang minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disenangi,
- ansietas (kecemasan), dan
- depresi.
Pada akhirnya, kondisi mental tersebut juga bisa memengaruhi kesehatan fisik, seperti:
- kadar hormon stres yang lebih tinggi,
- lebih sering izin sakit dari pekerjaan kantor karena terinfeksi penyakit menular,
- respon imunitas yang lebih rendah terhadap influenza,
- penyembuhan luka yang lebih lambat,
- tingkat obesitas lebih tinggi, dan
- risiko penurunan kesehatan mental yang lebih tinggi
Simak beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres generasi sandwich di halaman berikut.