Simone Biles, pesenam putri asal Amerika Serikat memutuskan untuk mundur dari final all-around Olimpiade Tokyo 2020. USA Gymnastics mengonfirmasi keputusan ini dengan alasan kesehatan mental.
Padahal, Biles tampil cukup baik dalam laganya di semifinal. Sebagaimana dilansir CNN, Biles melakukan Amanar atau gerakan handspring dengan dua setengah putaran di udara sebelum mendarat dengan mulus.
Untuk ukuran peserta Olimpiade, ini sebuah prestasi dan Biles membuatnya 'effortless'. Namun dalam unggahannya di Instagram, ia mengaku bahwa 'beban' yang dipikulnya begitu berat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian saat laga pada Selasa (27/7) ia seperti 'tersesat'. Ia hampir mendarat di lututnya dan meninggalkan lapangan nyaris menangis. Beberapa menit kemudian terdengar kabar bahwa Biles tidak akan melanjutkan pertandingan.
Harus diakui keputusan Biles menuai pro dan kontra. Tentu sangat disayangkan jika dia mundur begitu saja terlebih dalam gelaran olahraga bergengsi empat tahunan ini.
Namun Gardenia Junissa Siregar, psikolog klinis di Primaya Hospital Jakarta, mengatakan jika dilihat dari kondisi psikologis, keputusan Biles tepat.
"Ia tau kapan harus melindungi dirinya sendiri dengan menjaga kesehatan mentalnya. Karena mungkin saja sudah banyak permasalahan-permasalahan terkait kondisi psikologis yang selama ini ia pendam, akibat terlalu fokus mengikuti rangkaian persiapan Olimpiade ataupun karena kurangnya dukungan emosional dari lingkungan terdekatnya," kata Gardenia melalui pesan singkat pada CNNIndonesia.com, Rabu (28/7).
Kemudian, lanjutnya, hal ini makin berat karena merasa mendapat beban pikulan dari seluruh masyarakat AS untuk menang dan mengharumkan negara.
Dari pengalaman Biles, yang perlu disorot adalah pentingnya pembekalan psikologis yang baik, tak hanya soal fisik.
Seandainya tetap dipaksakan bertanding, ini sama sekali tidak membantu meredakan kondisi mental yang sedang tidak stabil.
Gardenia berkata bisa jadi Biles kurang maksimal dalam bertanding. Kalaupun bisa bertanding dengan baik, ia tidak akan merasakan kelegaan atau kepuasan untuk dirinya sendiri.
"Biles lebih mementingkan kepuasan negara atau dalam hal ini orang lain," imbuhnya.
Simak penjelasan psikolog mengenai pentingnya persiapan mental untuk atlet di halaman berikut.