Saat tumpukan pekerjaan makin banyak di masa pandemi Covid-19, burnout atau kondisi stres berat karena pekerjaan bisa muncul. Akibatnya, performa kerja tidak maksimal dan mempengaruhi prestasi hingga kerja perusahaan.
"Burnout seringkali menjadi masalah bagi karyawan saat sedang melakukan rutinitas pekerjaan. Kondisi yang dialami umumnya seperti stres berat, frustasi, kurang motivasi, dan mudah merasa lelah," kata psikolog Prita Yulia Maharani, mengutip dari keterangan pers Riliv yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (27/7).
Prita yang tergabung dalam tim psikolog di aplikasi konseling online Riliv ini menambahkan burnout juga bisa mempengaruhi kondisi emosional karyawan. Sebagai solusi, perusahaan bisa membantu karyawan mengatasi burnout tersebut. Mengatasi burnout pada karyawan membantu membuat kerja efektif dan beban perusahaan makin berkurang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Berikut 5 cara yang bisa dilakukan perusahaan atasi burnout:
![]() |
Perusahaan perlu lebih sadar akan pengaruh burnout terhadap karyawan dan juga kinerja perusahaan. Burnout dapat berpengaruh pada performa karyawan yang tentunya akan berdampak pada perusahaan.
Berikan pula pemahaman ini kepada karyawan. Bisa melalui lokakarya atau webinar online sebagai bekal karyawan menghadapi burnout.
Kerja dari rumah atau work from home (WFH) rentan membuat karyawan bekerja melebihi jam kerja biasanya. Anggapan bahwa WFH lebih fleksibel dan santai perlu diperbaiki.
Perusahaan perlu memberikan ketentuan jam kerja yang jelas. Karyawan yang masuk pukul 8 pagi dan masih diminta bekerja hingga pukul 9 malam perlu melapor agar tak dibebani kerja terus menerus.
Lihat Juga : |
Perusahaan sebaiknya memperhatikan work life balance atau keseimbangan antara hidup dan pekerjaan. Meski saat ini kerja tidak dilakukan di kantor, tetap berikan karyawan apresiasi atas capaiannya.
Ucapan selamat lewat email perusahaan juga bisa jadi cara mudah memberikan apresiasi. Karyawan akan merasa diperhatikan sekaligus bisa jadi pemicu semangat untuk memberikan performa terbaik.
Karyawan yang tergabung dalam tim kecil mungkin sang manajer mudah memantau kondisi anggotanya. Namun untuk perusahaan dengan tim-tim cukup besar, perlu menggandeng pihak ketiga untuk bisa mewujudkan program kesehatan mental karyawan.
Dengan menggandeng pihak yang terpercaya dan ahli dalam bidangnya, perusahaan bisa memperoleh beragam layanan. Mulai dari pemeriksaan kesehatan mental, self help content sampai konseling ke tenaga profesional. Layaknya kesehatan fisik, program kesehatan mental penting untuk karyawan.
Perlu ada interaksi antara karyawan dan perusahaan lewat kesempatan evaluasi. Interaksi ini bisa menangkal burnout sebab karyawan dapat secara aktif menyampaikan hal-hal yang perlu diubah, disesuaikan atau dibenahi agar lingkungan kerja jadi lebih kondusif.
Suara karyawan sangat penting untuk kemajuan perusahaan. Karyawan merasa dihargai, performa kerja semakin baik dan berdampak positif bagi perusahaan.
Itulah sejumlah cara yang bisa dilakukan perusahaan atasi burnout karyawan.
(els/ptj)