Tanpa sadar, pengeluaran untuk jajan atau membeli makanan via aplikasi ojek online terus membengkak. Mulai dari es kopi susu dan croffle, hingga makanan berat seperti nasi goreng atau sushi roll.
Mulut seolah masih ingin terus mengunyah meski sudah menyantap banyak makanan. Sejumlah ahli mengungkapkan selama pandemi Covid-19 semakin banyak laporan orang yang mengeluh sering merasa lapar.
Terdapat sejumlah alasan banyak orang sulit berhenti mengunyah dan terus merasa lapar saat pandemi. Mulai dari luapan emosi hingga kurang tidur dapat menjadi penyebabnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Berikut alasan terus merasa lapar dan sulit berhenti makan saat pandemi.
Situasi tak pasti, stres, kehilangan pekerjaan, terpisah dari orang tersayang juga mobilitas yang terbatas membuat suasana hati naik turun. Sebagian orang menjadikan makan untuk meluapkan emosinya tersebut. Kondisi ini dikenal dengan istilah emotional eating.
Dikutip dari Very Well Mind, kondisi ini dapat menjadi masalah jika terus-terusan menjadikan makan sebagai pelarian. Studi menunjukkan orang yang mengalami emotional eating justru tidak memperoleh cukup asupan gizi dan energi.
Bekerja dari rumah selama masa pandemi, membuat lingkungan kerja jadi berbeda. Tanpa disadari, Anda berada begitu dekat dengan dapur. Otomatis, akses terhadap makanan semakin dekat.
Bahkan bagi orang yang tinggal di kontrakan, apartemen atau rumah berukuran kecil, menuju dapur tak sampai sepuluh langkah.
Ahli diet Australia, Leanne Ward menyarankan agar setiap orang tidak tergoda bergerak ke dapur dan mengambil makanan. Sebaiknya tetap berpegang pada jadwal makan seperti biasa. Batasi pula konsumsi camilan berat agar tak mengganggu asupan makanan berat.
Salah satu dampak positif pandemi Covid-19 adalah membuat sebagian orang jadi lebih rajin berolahraga. Olahraga yang teratur juga terkait dengan peningkatan nafsu makan karena menghabiskan banyak energi.
"Isolasi memaksa orang untuk melakukan olahraga yang saya rasa ini luar biasa, tapi jangan lupa saat Anda lebih banyak olahraga, Anda menghabiskan energi dan umumnya merasa lebih lapar," kata Ward.
Pada sebagian orang, pandemi menciptakan tingkat stres yang tinggi dan membuat kurang tidur. Tidur berkontribusi pada tingkat rasa lapar. Cukup tidur berarti asupan makan bisa terjaga. Sebaliknya, kurang tidur berkontribusi pada suasana hati yang tak teratur sehingga meningkatkan rasa lapar.
"Kurang tidur mempengaruhi hormon yang mengontrol rasa lapar, ngidam dan kadar kepuasan setelah makan. Jika memungkinkan dan dalam kapasitas Anda, usahakan tidur 7-9 jam tiap malam," kata Ward.
Sangat penting memenuhi kebutuhan makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak. Saat semua dipenuhi, Anda akan merasa kenyang dan tidak gampang lapar. Namun dengan catatan, sumber ketiganya harus pas.
"Saat Anda secara konstan ngemil makanan olahan, lalu Anda akan merasa lapar. Makanan seperti ini tidak cukup serat, protein dan lemak sehat, jadi Anda akan merasa lapar dan mencari makanan lagi setelahnya," kata Ward.
Periksa konsumsi alkohol Anda. Sebagian orang menjadikan alkohol sebagai pelarian kala stres saat pandemi. Hanya saja kebiasaan ini menjadikan Anda gampang lapar. Sebaiknya hindari konsumsi alkohol dan ganti dengan air putih.
Lihat Juga : |
Menjauhi makanan tertentu justru dapat semakin meningkatkan keinginan untuk makan makanan tersebut. Tak masalah untuk mengonsumsi suatu makanan seperti cake. Namun, jangan berlebihan dan imbangi dengan asupan makanan yang sehat.
Itulah sejumlah alasan terus merasa lapar dan sulit berhenti makan saat pandemi.
(els/ptj)