A TO Z

Inkontinensia, Kebiasaan Mengompol yang Tak Boleh Diabaikan

CNN Indonesia
Senin, 23 Agu 2021 19:41 WIB
Inkontinensia berarti kelainan buang air kecil atau mengompol. Simak penjelasan mengenai hal ini dari penyebab hingga cara mencegah.
Inkontinensia berarti kelainan buang air kecil atau mengompol. Simak penjelasan mengenai hal ini dari penyebab hingga cara mencegah. (iStockphoto/Ridofranz)
Jakarta, CNN Indonesia --

Memasuki usia lanjut, kemampuan fisik akan semakin mengalami penurunan. Berbagai hal mulai dialami tubuh, salah satunya sering mengompol dan beser.

Masih banyak yang menganggap mengompol dan beser di usia lanjut adalah hal lumrah. Namun kenyataannya, ini bukan hal sepele yang kemudian diabaikan begitu saja.

Beser dan mengompol pada hakekatnya adalah gangguan kesehatan yang dapat menurunkan kualitas hidup, menimbulkan gangguan seksual bahkan bisa menyebabkan depresi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil penelitian yang dilakukan Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA) pada 2020 lalu menemukan 11,6 persen dari 585 orang yang terlibat dalam penelitian itu mengalami beser atau ngompol.

Artinya, satu dari 10 orang mengalami gangguan kemih berupa beser hingga mengompol yang tentu saja berpengaruh, baik dari segi kualitas hidup hingga beban pengobatan di masyarakat.

Apa Itu Inkontinensia?

Kontinensia berarti kencing. Sementara, inkontinensia berarti kelainan pada kencing berupa ngompol atau Enuresis. Inkontinensia urine adalah keluarnya urine secara tidak sadar dari saluran kemih atau mengompol.

Ketua PERKINA, Harrina Erlianti Rahardjo menjelaskan, mengompol atau enuresis merupakan kondisi ketika seseorang tidak dapat menahan keluarnya air kencing yang bisa terjadi baik saat tidur bahkan terbangun.

"Kondisi ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, namun juga bisa terjadi pada pria dewasa dan usia tua. Mengompol ini sendiri erat kaitannya dengan kondisi yang disebut Inkontinensia Urin, yaitu ketidakmampuan berkemih secara volunteer," kata Harrina dalam diskusi Virtual Media Education, Kamis (19/8).

Penjelasan serupa juga disampaikan Divisi Geriati Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Siti Setiati yang mengatakan bahwa proses penuaan berdampak pada pengaturan sistem berkemih.

Pada kondisi normal, sistem saraf parasimpatis akan melakukan stimulasi kontraksi otot-otot di kandung kemih. Namun, efek penuaan akan berdampak terhadap peningkatan aktivitas otot detrusor, penurunan sensasi ingin berkemih, serta penurunan kekuatan otot sfingter di saluran kemih.

"Peningkatkan aktivitas otot detrusor dapat disebabkan oleh keadaan hiperrefleks seperti riwayat stroke, Parkinson, demensia serta instabilitas akibat proses penuaan, obstruksi, batu kandung kemih, atau pembesaran prostat," kata Siti.

Meski demikian, beser dan mengompol bukan dua hal yang sama. Siti mengaakan beser atau Overactive Bladder (OAB) merupakan sebuah gangguan fungsi berkemih yang mengakibatkan rasa ingin segera berkemih. Beser juga bisa termasuk dalam salah satu jenis inkontinensia.

"Sementara, mengompol atau enuresis atau inkontinensia, adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat menahan keluarnya air kencing atau keluarnya air kencing (urin) tanpa dikehendaki," paparnya.

Jenis-Jenis Inkontinensia

Sedikitnya, ada empat jenis inkontinensia urine yang bisa dijumpai dan kerap menjangkiti manusia. Berikut jenis-jenis inkontinensia.

1. Inkontinensia Tekanan

Jenis ini merupakan inkontinensia yang banyak dijumpai dengan prevalensi di Indonesia secara umum mecapai empat persen, dengan lansia sebesar 4.8 persen.

Umumnya ngompol akan terjadi ketika seseorang mengalami tekanan, baik saat batuk, bersin, tertawa atau ketika mengangkat barang dengan ukuran berat. Sehingga terjadi tekanan pada kandung kemih dan berujung kebocoran atau ngompol.



2. Inkontinensia Dorongan/beser/urgensi/OAB.

Tipe ini paling banyak dijumpai pada populasi lansia yakni mencapai angka 9,4 persen. Sedangkan pada populasi umum sebanyak 4,1 persen dengan presentase laki-laki lansia tertinggi yakni mencapai 9,11 persen.

Biasanya terjadi karena kondisi yang disebabkan oleh pembengkakan kandung kemih, batu yang terdapat dalam kandung kemih, infeksi, kanker kandung kemih, cidera saraf, atau pembesaran prostat.

3. Inkontinensia Campuran

Pevalensi atau penderita di di Indonesia pada populasi umum sebesar 1.5 persen dengan lansia sebesar 4.0 persen. Jenis ini adakah kombinasi antara inkontinensi tekanan dan dorongan.

4. Inkontinensia Luapan

Tipe ini banyak ditemui pada pria karena berkaitan dengan obstruksi saluran berkemih yang disebabkan oleh pembesaran prostat, ataupun batu. Prevalensi di Indonesia secara umum sebesar 0.4 persen dengan lansia juga sebesar 0.4 persen.

Simak penjelasan lebih lanjut mengenai inkontinensia di halaman berikut.

Bahaya serta pencegahan inkontinensia

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER