Getah Sekuntum Bunga dari Chiang Rai yang Diburu Taliban

CNN Indonesia
Sabtu, 21 Agu 2021 08:59 WIB
Saat mekar, bunga popi berwarna kemerahan. Tapi Taliban tidak peduli akan keindahan itu, karena mereka mengincar getah di bonggolnya: opium.
Saat mekar, bunga popi berwarna kemerahan. Tapi Taliban tidak peduli akan keindahan itu, karena mereka mengincar getah di bonggolnya: opium. (pixel2013/Pixabay)

Segitiga emas perdagangan opium

Pada Desember 2017, CNNIndonesia.com sempat melakukan liputan di Chiang Rai, Thailand.

Hampir sama dengan Afghanistan - dan masalah perdagangan opium di Pakistan, kota wisata yang terkenal dengan Kuil Putih dan konservasi gajahnya ini ternyata juga sempat "berdarah" akibat "duit opium".

Jejak opium di Chiang Rai dikenang dalam sejarah Golden Triangle (Segitiga Emas). Warga lokal yang diajak berbincang mengenai sejarah opium di kotanya akan dengan santai menceritakan versinya masing-masing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi semuanya menganggap opium layaknya hasil kebun biasa, sama seperti padi atau tembakau, karena memang sebegitu banyaknya kebun opium di sini pada zaman dahulu kala.

Golden Triangle merupakan kawasan segitiga emas penjualan opium yang meliputi Thailand, Myanmar, dan Laos.

Pusat jual beli opium berada di setiap sudut tiga negara ini, terutama yang memiliki akses lalu lintas sungai, seperti Chiang Rai yang dilintasi Sungai Mekong dan Sungai Ruak.

Di pertemuan dua sungai ini jarak antarnegara bak selemparan batu. Pembeli dan penjual opium dari Thailand, Myanmar, dan Laos akhirnya bisa saling bertemu.

Dibingkai oleh pegunungan bersuhu dingin dan tersembunyi, kawasan Chiang Rai memang sangat cocok dijadikan ladang menumbuhkan bonggol bunga popi.

Sebelum populer menjadi bahan baku heroin dan narkoba sintetis lainnya, pada era Sebelum Masehi masyarakat di Mesopotamia mengonsumsi opium untuk relaksasi.

Opium dicampur dengan teh atau minuman alkohol untuk menghibur diri. Ibu-ibu biasanya mengoleskan opium di putingnya agar sang bayi bisa menyusu sampai tidur.

plastic bag of drugIlustrasi heroin. (Istockphoto/studiocasper)

Namun, kegunaan opium berubah semenjak tiba di China pada abad ke-14. Masyarakat di sana menggunakan opium sebagai bahan merokok sampai mabuk.

Pemerintah China lalu menjual opium kepada pemerintah Inggris sebagai alat tukar hutang.

Karena terjadi kesalahpahaman pembayaran hutang yang berujung pada keinginan China untuk melakukan monopoli perdagangan opium di dunia, terjadilah dua kali Perang Opium pada abad ke-18, yang mengakibatkan China memberikan Hong Kong untuk Inggris.

Hingga abad ke-19, opium menjadi narkoba populer. Walau telah dilarang oleh pemerintah, namun kelompok gerilya di Myanmar dan Laos berusaha menanam dan memanennya, sehingga hasil penjualan opium bisa mendanai pemberontakan mereka. Petani di Thailand juga ikut dalam lingkaran setan itu, dengan maksud menambah penghasilan.

Perang berlalu, perdagangan opium masih berlanjut. Jumlah masyarakat yang ketergantungan narkotika juga semakin meningkat. Khun Sa disebut sebagai Raja Opium dari Myanmar, sebelum akhirnya ia ditangkap pada tahun 1996.

Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...



Getah Sekuntum Bunga dari Chiang Rai yang Diburu Taliban

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER