Menanti Tunas Muda si Afo Tua

CNN Indonesia
Senin, 30 Agu 2021 20:10 WIB
Cengkih menjadi salah satu rempah tertua dan dicari seluruh dunia. Rempah ini dianggap sangat berharga dan jadi buruan Bangsa Eropa melalui jalur rempah. (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)
Jakarta, CNN Indonesia --

Emot berusaha mengingat tahun-tahun ke belakang, saat dia melihat cengkih afo untuk pertama kalinya.

"Capek banget jalan ke sananya, lelah naiknya," kata Emot, seorang warga Halmahera kepada saya sembari tertawa. 

"Ada angkot ke kampung sana tuh, nanti mau masuk ke lokasi Afo-nya baru jalan, tapi ada kampung juga di situ. Namanya Kelurahan Marikurubu."

Afo bukan pohon cengkih sembarangan. Dahan-dahan tuanya dan batang pohon sebesar empat pelukan orang dewasa dan daunnya yang lebat sudah menemani manusia-manusia kesayangannya. Afo II berusia 260 tahunan.

"Dipeluk 3 orang juga enggak sampai diameter batangnya saking besarnya itu," katanya.

Ketika akhirnya akar-akar senjanya tak kuasa lagi menahan beban yang selama ini dipikulnya, Afo I dan II pun roboh. Meski demikian, batang afo II masih berdiri tegak di tempatnya, meski tak lagi 'bernyawa.' Dulunya, di Gunung Gamalama, enam kilo dari Ternate, rumah bagi afo generasi pertama, afo II, dan afo III. Namun sepeninggal Afo II, kini afo III pun sebatang kara.

Afo yang berusia ratusan tahun ini diyakini sebagai cengkih varietas asli Ternate. Dalam nama lokal, afo berarti tua atau 'sejenis pohon yang besar.' Namun cerita lain menyebut nama afo diyakini berasal dari nama keluarga Alfalat. Kala itu, saat Belanda memusnahkan semua tanaman cengkih untuk memulai monopoli perdagangan cengkih di Ternate, Alfalat adalah orang yang berhasil menyelamatkan Afo generasi pertama.

Foto: ANTARA FOTO/Andika Wahyu/Asf/ama/15.
Petani menjemur cengkeh di kawasan Pelabuhan Tahuna, Kecamatan Tahuna Timur, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Kamis (29/1). Cengkeh yang dijemur 3-5 hari sejak dipanen agar bisa diperdagangkan itu kemudian dijual Rp. 140 ribu/kg. ANTARA FOTO/Andika Wahyu/Asf/ama/15.

Afo sendiri punya berbagai ciri khas utama yang pantas jadi rebutan. Bunga mudanya berwarna muda hijau kemerahan sedangkan bunga matang petiknya berwarna kuning kemerahan. Selain itu, aromanya kuat, ukurannya pun lumayan besar, sedangkan kandungan eugenol yang melambangkan mutu bunganya pun cukup tinggi.

Setangkai kecil cengkih punya kisah yang panjang. Meski tak ada yang tahu pasti, kapan dan bagaimana cengkih di dunia ini bermula, ada banyak cerita soal perjalanan cengkih di dunia.

Anthony Reid, sejarawan terkemuka tentang Asia mengungkapkan perihal cengkih dalam buku Southeast Asia in the Age of Commerce, 1450-1680: Volume 2, Expansion and Crisis (1993).

"Cengkih dan kadang-kadang pala dan bunga pala disebut di dalam catatan perdagangan di Kairo dan Alexandria sejak abad ke-10, tapi semuanya itu sangat jarang dan mahal di Eropa hingga akhir abad ke-14. Orang Tiongkok juga mengenal cengkih dan pala pada masa Dinasti Tang tetapi menggunakannya dengan hemat sebelum abad ke 15."

Sejumlah sumber China sebelum abad ke-14 tahu bahwa cengkih berasal dari Maluku, hanya ada satu catatan bertanggal 1350 yang betul-betul menulis orang China langsung berlayar dari negaranya ke Maluku. Dalam catatan China pula cengkih dan Maluku sudah ditulis sejak masa dinasti Song (960-1279) dan Yuan (1271-1368). Cengkih disebut sebagai barang yang dipakai sebagai hadiah atau barang dagangan yang dibawa pedagang Champa, Jawa, Sriwijaya, Timur Tengah, Chola dan Butuan.

Cerita lain juga menyebut bahwa pada 200 SM, seorang utusan dari Jawa datang menghadap Kaisar Han di China. Dia membawa cengkih atau gau medi atau pohon pedas, kata orang lokal. Cengkih ini dipakai untuk mengharumkan napasnya. Bahkan, Kaisar Han memerintahkan semua tamu kerajaan untuk mengunyah cengkih sebelum bertamu agar mulutnya wangi.

Jack Turner menulis dalam bukunya Spice, The History of a Temptation (2005) menulis:

"Tidak ada rempah-rempah yang menempuh perjalanan lebih jauh ataupun lebih eksotis daripada cengkih, pala, dan bunga pala Maluku. Setelah panen di hutan pala di Banda atau di bawah bayangan gunung vulkanik Ternate dan Tidore. Selanjutnya kemungkinan besar, rempah tersebut dimuat dalam salah satu cadik yang masih melintasi pulau-pulau di Nusantara. Rempah bisa juga dibawa oleh pedagang China yang diketahui telah mengunjungi Maluku dari sejak abad ke-13. Bergerak ke barat melewati Sulawesi, Borneo, dan Jawa melalui Selat Malaka, rempah-rempah tersebut lalu dikapalkan menuju India dan pasar rempah di Malabar.

Selanjutnya komoditas itu dikirim dengan kapal Arab menyeberangi Samudera Hindia menuju Teluk Persia atau Laut Merah. Di salah satu dari sekian banyak pelabuhan tua, Basra, Jeddah, Muskat atau Aqaba, rempah lalu dialihkan ke dalam karavan besar menyusuri gurun pasir menuju pasar-pasar jazirah Arab dan Alexandria dan Levant. Baru setelah mencapai perairan Mediterania, rempah-rempah akhirnya tiba di tangan bangsa Eropa."

Jalur rempah cengkih dan riwayat afo


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :