Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia amat luas. Selain terdiri dari kepulauan, Indonesia juga terdiri dari puluhan ribu gang.
Puluhan ribu gang di Indonesia menghubungkan satu daerah dengan daerah lain. Variasinya dari "gang senggol" sampai "gang buntu".
Setiap gang punya kultur kebudayaan sendiri yang menjadikan perbedaan itu sebagai identitas dari suatu gang. Ada gang yang identik dengan seni, kuliner, prostitusi dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setidaknya berikut tujuh deretan gang legendaris di Indonesia, beberapa di antaranya mungkin sudah tak asing di telinga:
1. Gang Potlot
Gang Potlot yang berada di bilangan Duren Tiga, Jakarta Selatan, terkenal sebagai markas Slank, salah satu grup band terbesar di Indonesia yang terbentuk sejak tahun 1983. Punya fans yang banyak dan loyal. Setiap konsernya tak pernah sepi.
Para Slankers (sebutan para fans fanatik Slank) juga sering kali nongkrong di gang ini. Bahkan ada yang bilang, belum afdol jadi Slankers kalau belum ke Potlot.
Jika datang ke sana, besar kemungkinan akan bertemu dengan para personel Slank, baik itu Bimbim, Kaka, Ivan, Ridho ataupun Abdee.
Namun, sebenarnya bukan hanya Slank, gang ini juga melahirkan banyak musisi lain; Oppie Andaresta, Kidnap Katrina, Plastik, The Flowers, Anang Hermansyah, dan masih banyak lagi.
Nama gang ini diambil dari salah satu pabrik yang dulu pernah berdiri di sana, yakni pabrik potlot alias pensil. Namun pabrik itu mengalami kebangkrutan.
Pemiknya menjual lahan itu dengan dibuatkan kavling agar cepat laku. Ia juga mengaspal beberapa bagian jalanan di sana. Orang-orang, termasuk pembeli lahan itu, lantas menyebut area ini sebagai Gang Potlot.
2. Gang Kelinci
 Restoran Bakmi Gang Kelinci yang ada di Gang Kelinci, Glodok, Jakarta. (CNN Indonesia/Yulia Adiningsih) |
Gang ini terkenal lewat lagu ciptaan musisi senior, Titiek Puspa yang dinyanyikan oleh Lilis Suryani. Lagunya berjudul 'Gang Kelinci'.
"Jakarta kotaku indah dan megah
Di situlah aku dilahirkan
Rumahku di salah satu gang
Namanya Gang Kelinci..."
Begitu kira-kira penggalan liriknya. Gang kelinci ada di Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat.
Selain karena ada lagunya, Gang Kelinci juga terkenal dengan kulinernya. Mulai dari bakmi sampai cakue. Salah satu yang terkenal adalah Bakmi Gang Kelinci.
Bakmi Gang Kelinci sudah ada sejak tahun 1957. Pendirinya Hadi Sukiman. Awalnya dia berjualan pakai gerobak di Jl. Pintu Besi Pasar Baru, di depan Globe Theater (Moyen).
Pada tahun 1962, ia berpindah ke Jl. Belakang Kongsi No. 16 Pasar Baru dan mulai dikenal dengan Bakmi Gang Kelinci.
Baik bakmi maupun gangnya, sampai saat ini masih eksis. Kulinernya masih menjadi salah satu andalan destinasi wisata kuliner gang di Jakarta.
3. Gang Gloria
 Gang Gloria. (CNNIndonesia/Safir Makki) |
Selain Gang Kelinci, destinasi wisata kuliner lainnya yang ada di Jakarta adalah Gang Gloria. Gang ini berada di kawasan Pasar Petak Sembilan, Jakarta Barat.
Saking banyaknya makanan lezat di sini, pegiat kuliner sekaligus penulis buku 'Jakarta a Dining History', Kevindra Soemantri merekomendasikan gang ini sebagai salah satu dari deretan gang kuliner yang harus dieksplor.
Makanan yang paling direkomendasikan di sini adalah Kopi Es Tak Kie, Soto Betawi Afung, ayam kalasan dan Kari Lam.
Untuk pecinta kuliner berbahan babi, juga bisa memesan makanan olahannya, seperti sate dan bakmi. Ada dua bakmi yang terkenal yaitu, Bakmi Sasak dan Amoy.
Gang ini bisa dijajal dengan jalan kaki, karena panjang gang ini mungkin 150 meter saja tidak akan sampai.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
4. Gang Jaksa (Jalan Jaksa)
Gang Jaksa, salah satu destinasi wisata gang di Indonesia, dekat dengan Monas dan Stasiun kereta Gondangdia, Jakarta Pusat. Gang ini membentang 400 meter.
Di tahun 1990an, Gang Jaksa dikenal sebagai tempat tinggal para wisatawan mancanegara yang berwisata dengan cara backpacking di Jakarta.
Gang Jaksa menjadi pilihan para turis untuk menginap karena harganya yang murah. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp100 ribu sampai Rp300 ribu per malam.
Selain tarif penginapannya yang ramah di dompet, letak Gang Jaksa juga strategis, di dekat jantung ibu kota. Kawasan Sarinah, Monas, Tanah Abang bahkan Bundaran Hotel Indonesia bisa dengan mudah dijangkau dari sini.
Gang Jaksa juga digadang-gadang untuk jadi tempat pariwisata. Bahkan, pemerintah daerah DKI Jakarta membuat acara tahunan untuk itu.
Pada 2014 misalnya, Pemda menggelar Festival Jalan Jaksa pada 22-23 Agustus. Ada 30 stan yang berjajar di sana mulai dari kuliner, produk fashion sampai pernak-pernik.
 Gang Lombok di Semarang, Jawa Tengah. (Suseno via Wikimedia Commons (CC-Zero)) |
5. Gang Lombok, Semarang
Gang lombok terkenal sebagai salah satu pusat kuliner di Semarang. Lokasinya berdekatan dengan Klenteng Tay Kak Sie yang merupakan klenteng terbesar yang ada di Kota Semarang.
Dalam gang ini terdapat banyak pilihan kuliner di Gang Lombok yang bisa dicicipi mulai dari Lumpia Semarang, Mie Siang Kie, sampai Es Lombok.
Bisa juga masuk ke Rumah Makan Cahaya untuk mencicipi hidangan khas Tionghoa. Menu di RM Cahaya di antaranya Kwetiau Siram berisi udang, daging sapi, sayur, yang disiram kuah kental.
Selain itu ada juga bakmi goreng, mi komplit, mun tahu, ayam goreng mentega, yoci (ginjal babi) cah caisim, kodok batu cah sayur asin, sampai babi kecap.
 Poppies Restaurant, pionir Gang Poppies di Bali. (CNN Indonesia/Dhio Faiz) |
6. Gang Poppies, Bali
Jika di Jakarta ada Gang Jaksa, maka di Bali ada Gang Poppies. Gang ini bahkan dikenal hampir se-antero dunia. Gang Poppies dikenal sebagai "kampung bule", karena memang banyak wisatawan mancanegara yang tinggal di sana.
Di dalam gang ini terdapat banyak hotel kecil, warung makan, kafe, bar, butik, toko souvenir, tempat pijat, sampai studio tato. Rata-rata bangunannya kecil namun mempunyai desain yang unik.
Gang Poppies terdiri dari dua gang, yaitu Poppies Lane I dan Poppies Lane II. Keduanya terhubung langsung ke Pantai Kuta dan Pantai Legian.
Jika terus dijajaki, gang ini bisa tembus ke gang-gang wisata lainnya, bisa tembus sampai Monumen Bom Bali.
Konon nama gang ini awalnya diambil dari nama restoran milik dua warga negara Amerika Serikat yang sangat senang berwisata di Bali, George dan Bob. Restoran itu awalnya adalah sebuah warung yang hampir tutup milik warga lokal bernama Jenik Sukeni.
George dan Bob lantas menggandeng Jenik untuk membuat restoran dan menamainya Poppies.
Restoran itu sangat terkenal sampai setiap wisatawan yang mengunjungi kawasan tersebut menamai Gang Poppies.
 Gang Dolly di Surabaya, Jawa Timur. (Detikcom/Deni Prastyo Utomo) |
7. Gang Dolly, Surabaya
Berpuluh-puluh tahun nama Gang Dolly tak pernah redup. Gang ini awalnya dikenal sebagai lokalisasi prostitusi. Kisahnya hingga melegenda di dunia.
Nama Dolly sendiri diambil dari salah satu Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terkenal pada tahun 1960-an.
Nama PSK itu adalah Dolly Khavit. Ia menikahi pelaut Belanda di Indonesia dan mendirikan rumah prostitusi di Jalan Kupang Gunung Timur I, Surabaya, Jawa Timur.
Akhir tahun 1960-an, gang prostitusi itu kian terkenal. Dari tentara Belanda sampai pribumi berdatangan ke Gang Dolly. Gang Dolly kemudian lekat dengan gang pemuas hasrat seksual.
Namun, masa jaya Gang Dolly terhenti. Tahun 2014, Tri Rismaharini yang menjabat sebagai Walikota Surabaya saat itu menutup Gang Dolly sebagai tempat prostitusi.
Gang Dolly kemudian berubah wajah. Pascapenutupan itu, Gang Dolly jadi dipenuhi pertokoan sampai taman ramah anak.