Selain nilai historis, ada juga faktor kekhasan suatu wisata kuliner dalam gang yang tak bisa ditemukan di tempat lain. Salah satunya makanan khas Singkawang.
Ade Putri, yang dikenal sebagai seorang culinary storyteller, juga punya rekomendasi tempat makan khas Singkawang di dalam gang yang enak. Ia juga menyebut tempat makan ini hanya satu-satunya di Jakarta. Jadi sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.
"Apa ada makanan khas Singkawang di daerah lain non-gang di Jakarta?" ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makanan itu bisa ditemukan di Gang Krendang, Jakarta Barat. Menunya beragam, ada Bubur Singkawang, Bubur Pedah, nasi babi, mie sampai pengkang.
Astrid Enricka Dhita, pegiat kuliner yang juga pengurus Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI), juga mengaku sering menjajal kuliner di gang.
Dalam mengisi waktu luangnya, ia seringkali melakukan perjalanan acak ke gang-gang kecil. Tak jarang keisengan itu mengantarkannya pada makanan-makanan gang yang lezat.
Suatu hari ia pernah datang ke Gang Mangga di Jl. Kemurnian IV, Taman Sari, Kota Jakarta Barat. Di situ ia menemukan bakmi yang enak, Bakmi Aheng. Pemiliknya bernama Ahok, orangnya ramah.
Tempat makannya berbentuk tenda. Namun, suasana di tempat makan itu sangat akrab.
"Kayak everybody knows everybody," ucapnya. Saat masuk ke tempat makannya, air liur di mulutnya seakan sudah tak tahan.
"Saya yang mencium rasa, aroma bakminya memang enak banget," kata Astrid.
Benar saja. Ketika ia menyuapkan bakmi itu ke mulutnya, ia serasa tak ingin menyisakannya.
Rasa dan suasana makan Bakmi Ahok ini sangat berkesan bagi Astrid. Sampai-sampai ia meminta kontak sang pemilik warung bakmi.
"Supaya jika next time kami ke sana lagi, saya dan teman-teman ke sana, akan booking tempat lah," ucapnya.
Sekitar 100-200 meter dari Bakmi Aheng, Astrid juga menemukan bakmi yang tak kalah enaknya yaitu Bakmi Gang Mangga. Namun, bakmi ini lebih mahal dari pada Bakmi Aheng.
Di perjalanan antara Museum Bank Mandiri menuju Jalan Kemurinia, kawasan Pancoran, Jakarta Barat, Astrid menemukan Pempek Eirin 10 Ulu.
"Seinget saya, Pempek 10 ulu Eirin itu cuko-nya lumayan nampol. Asemnya ada, sambelnya juga ada. Jadi rasanya enggak malu-malu dan lumayan berkesan," ucapnya.
Dari Jakarta, Astrid pindah ke Bogor. Menjajal makanan yang ada di gang-gang di sana. Salah satunya adalah Gang Awut di sekitar Pasar Suryakencana.
"Kalau keluar dari pasar gila deh jajanannya," celetuknya.
Makanan pertama yang Astrid coba adalah Toge Goreng Ibu Evon. Toge itu dibungkus dengan patat, daun yang mirip dengan daun kunyit, tapi dia lebih solid.
Meski namanya toge goreng, namun sebenarnya toge itu tidak digoreng.
"Dia itu basically di-stir fry (ditumis) namun memakai air," ucapnya.
Selain itu, di gang ini juga ada lumpia basah. Menurutnya, lumpia itu salah satu yang terbaik karena dimasak dadakan.
"Saya itu memang penikmat makanan yang makanannya bisa dibuat di depan mata," ucapnya.
Toge itu ditumis-tumis, goreng-goreng, dibungkus lah itu dengan kulitnya.
"Terus dimakan dengan sumpit. Oh My God! The best!" seru Astrid.
Kejutan-kejutan itu lah yang membuat Astrid selalu ketagihan untuk menjajal wisata kuliner di dalam gang.
"Let's get lost. Apapun yang kita temukan dan sekiranya menarik, langsung saja dicoba. Itu pengalaman terbaik. Dan yang penting kita harus berusaha akrab dengan penjualnya," pungkasnya.
(ard)