Tempat lain yang sering hujan di dunia adalah San Antonio de Ureca, yang terletak di Pulau Bioko, Equatorial Guinea.
Ini adalah daerah yang sangat basah di Afrika. Jika Anda ingin mengunjungi wilayah ini, waktu terbaik untuk berkunjung adalah antara bulan Desember dan Februari untuk menghindari musim hujan.
San Antonio de Ureca berada di sepanjang Teluk Guinea dan menerima sekitar 411 inci hujan per tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa wilayah di Filipina tercatat sering hujan, termasuk Baguio. Kota ini terletak di Provinsi Benquet di Pulau Luzon dan mendapat curah hujan sekitar 46 inci setiap tahunnya.
Ini adalah kota sibuk yang merupakan pusat bisnis. Dan nama Baguio berasal dari kata yang berarti "lumut."
Banyak lumut yang tumbuh di wilayah ini karena kondisi yang sangat basah. Musim hujan juga mendorong pertumbuhan anggrek yang indah di kawasan hutan pinus tropisnya.
Namun meski diguyur hujan, tempat ini menjadi tujuan wisata populer untuk merayakan Tahun Baru Imlek dan Festival Lampion, serta festival bunga yang berlangsung selama sebulan yang disebut Panagbenga.
![]() |
Banyak daerah tropis di seluruh dunia memiliki musim hujan. Nah, Tutunendo punya dua di antaranya.
Hal ini membuat sangat sulit untuk mengunjungi bagian Kolombia ini tanpa basah kuyup.
Tutunendo menerima sekitar 463 inci hujan per tahun, tetapi masih ramai menjadi kota wisata.
Anda akan menghadapi hujan hampir setiap hari sepanjang tahun di sini, serta badai petir, dan matahari hanya muncul beberapa jam ketika muncul sama sekali.
Sangat sedikit orang yang tinggal di sini, kurang dari 1.000 jiwa, tetapi orang-orang itu telah menjadi sangat terampil dalam membangun rumah dengan lembaran tahan air untuk mencegah kebocoran.
Kota Quibdo tak berada jauh dari kota ini, sama-sama dikenal sebagai tempat terbasah di dunia.
|
Desa Kwatisore paling pas dikunjungi mulai pagi hingga siang hari karena seringnya hujan yang turun di sore hari sekalipun tengah memasuki musim kemarau. Ini juga yang menjadi alasan desa ini dinamai 'Kwatisore', yang berasal dari kata 'khawatir' dan 'sore', di mana penduduk selalu merasa khawatir saat sore tiba.
Desa Kwatisore adalah desa bebas kendaraan bermotor. Tak heran jika udara di desa ini begitu bersih dan bebas polusi asap kendaraan.
Desa Kwatisore juga merupakan tempat yang sangat cocok untuk melihat spesies hiu paus.
Kawanan mamalia berukuran besar ini sering muncul di sekitar perairan, bahkan di dekat perahu nelayan, sehingga kerap disebut "ikan hantu".
Pemandangan ini rupanya menjadi keunikan tersendiri di Desa Kwatisore. Warga bahkan telah menganggap ikan hiu paus sebagai bagian dari adat mereka, sehingga melarang perburuan dan konsumsi hiu paus.