Jakarta, CNN Indonesia --
Kejahatan seksual pada anak atau child grooming perlu diwaspadai. Terlepas dari adanya niat jahat beberapa oknum, keluarga dan orang-orang terdekat wajib melakukan pencegahan dengan memahami apa child grooming hingga mengenali tindak tanduk pelaku
Apa itu child grooming?
Psikolog klinis Nuzulia Rahma menjelaskan bahwa child grooming adalah suatu upaya untuk memanipulasi korban.
"Biasanya dilakukan dengan cara membangun hubungan yang dekat, membangun kepercayaan, dan ikatan emosional dengan anak dan remaja untuk tujuan tertentu," papar psikolog yang kerap disapa Rahma itu, saat dihubungi CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Rahma mengatakan bahwa child grooming bukan merupakan bagian dari kelainan seksual tapi sering dilakukan orang dengan kelainan seksual tertentu, termasuk pedofilia, untuk mendapatkan korbannya.
Siapa yang perlu diwaspadai?
Pelaku grooming bisa siapa saja, tak peduli berapa usia atau apa jenis kelaminnya. Pelaku bahkan bisa berasal dari lingkungan keluarga sendiri.
"Orang yang memberi perhatian berlebih, dalam bentuk ucapan, perilaku, dan hadiah-hadiah. Biasanya ini awal pendekatan pada anak," kata Rahma.
Dia kemudian mengingatkan untuk memberikan edukasi seksualitas pada anak, termasuk tentang bagian tubuh yang boleh dilihat dan disentuh orang dan yang tidak boleh. Ini agar anak tahu perilaku yang dapat membahayakan dirinya.
"Maka ketika menemui orang yang meminta melanggar batasan-batasan tersebut perlu diwaspadai dan langsung dijauhi," kata Rahma seraya menambahkan, "Sekalipun keluarga, tidak berarti harus percaya."
"Sampaikan bahwa setiap menerima barang dan pemberian dari orang lain maka perlu cerita. Setiap diajak melakukan sesuatu apapun itu maka perlu berpikir panjang dulu sebelum mengambil keputusan dan perlu cerita pada orang tua."
Bagaimana child grooming bisa terjadi?
Menurut Rahma, child grooming dapat terjadi karena banyak faktor. Beberapa di antaranya, yakni seperti belum pernah ada edukasi seksualitas sehingga korban tidak memahami situasi.
"Edukasi seksualitas termasuk juga pemahaman mengenai kondisi dan orang orang seperti apa yang dapat membahayakan," katanya.
Selain itu, faktor lainnya yang dapat menjadi penyebab child grooming adalah kurang perhatian dan kasih sayang dari orang terdekat, khususnya orang tua.
"Jadi ketika ada pihak lain yang "menawarkan" ikatan emosional, anak akan merasa mendapatkan apa yang selama ini ia cari dalam hidupnya. Anak dapat merasa nyaman pada pelaku dan akhirnya dengan mudah dieksploitasi," tambah Rahma.
Simak cara mencegah child grooming terjadi hingga penanganan saat anak menjadi korban di halaman berikut.
Lalu, bagaimana untuk mencegah child grooming terjadi?
"Pertama, berdoa dan memohon penjagaan Tuhan untuk anak anak kita," kata Rahma.
Selain itu, langkah lain yang penting dilakukan untuk mencegah terjadinya child grooming atau kejahatan seksual pada anak adalah sebagai berikut.
1. Beri kasih sayang, perhatian dan sediakan waktu untuk anak
Sediakan waktu untuk mengobrol dan membangun kedekatan emosional dengan anak. Jika memiliki anak lebih dari satu, maka pastikan masing-masing anak mendapatkan perhatian yang seimbang.
Sediakan waktu untuk berdua saja dengan anak. Jika anak lebih dari satu maka perlu atur waktu agar setiap anak dapat merasakan kedekatan emosional dengan orang tua.
Menurut Rahma, penting untuk mencukupi kebutuhan psikologis anak, bukan hanya kebutuhan fisiknya saja.
2. Libatkan anak dalam kegiatan keluarga
Sediakan waktu untuk melakukan kegiatan bersama sama keluarga, saling mengobrol, serta membangun kedekatan emosional dalam aktivitas-aktivitas ringan bersama keluarga.
3. Beri anak edukasi seksualitas
Misalnya, anak perlu tahu batasan-batasan tubuh yang boleh dilihat orang lain dan mana yang hanya dirinya sendiri yang boleh lihat .
"Anak perlu tahu contoh-contoh orang yang membahayakan seperti apa. Anak perlu tahu kepada siapa bisa percaya. Walaupun keluarga dekat, tidak berarti bisa dipercaya sepenuhnya," kata Rahma.
4. Beri pemahaman
Menurut Rahma, orang tua juga perlu memberi pemahaman tentang apa yang harus dilakukan anak jika terjadi hal hal yang aneh atau tidak nyaman bagi dirinya.
Beri tahu anak pada siapa ia boleh berbagi cerita. Diskusikan juga mengenai bagaimana caranya bercerita, jika tidak bisa cerita langsung, mungkin bisa melalui tulisan atau media lainnya.
5. Yakinkan bahwa dirinya berharga.
"Yakinkan anak bahwa ia berharga dan kita support anak apapun yang terjadi," tambahnya.
Rahma mengatakan bahwa anak yang biasanya menjadi korban adalah anak yang:
- tidak cukup mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua secara fisik maupun psikis
- merasa kesepian
- mendapat akses mudah dalam hal materi dan teknologi
- merasa stres dengan kondisi keluarga
- merasa stres dengan tuntutan akademik dari keluarga dan sekolah
- kelelahan dengan target-target yang harus diraih tanpa diberi pemaknaan
Apa yang perlu dilakukan jika anak menjadi korban child grooming?
Rahma menyampaikan bahwa ketika anak menjadi korban child grooming, hal pertama yang penting dilakukan orang tua adalah jangan panik.
"Peluk anak dan biarkan anak mengeluarkan emosinya terlebih dulu. Lalu ngobrol bersama anak agar kita tahu sudah sejauh mana situasinya," ujarnya.
Setelah itu, coba luangkan waktu lebih banyak dengan anak. Bicara dari hati ke hati mengenai perasaan anak. Ajak anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan bersama. Temani anak dalam kegiatan kegiatannya.
Lalu, kunjungi konselor atau psikolog untuk melihat kondisi psikis anak, dan jika memang perlu, lakukan psikoterapi.