Jangan Sepelekan Lelah, Gejala Long Covid Syndrome

CNN Indonesia
Jumat, 01 Okt 2021 16:40 WIB
(iStock/bgblue)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sembuh dari Covid-19 jadi kabar menggembirakan setelah dibelenggu gejala dan stres selama perawatan atau isolasi mandiri. Namun ternyata tubuh belum benar-benar sehat. Rasa lelah (fatigue) kerap dirasakan bahkan untuk aktivitas yang terbilang ringan.

Sebagian orang menganggap lelah adalah hal biasa dan tak perlu dikhawatirkan. Namun Wirawan Hambali, dokter spesialis penyakit dalam dan tim dokter penanganan Covid-19 RS Pondok Indah, Puri Indah, mengatakan rasa lelah berlebihan tidak boleh disepelekan apalagi sebelumnya pernah terkonfirmasi positif Covid-19 dan bergejala.

"Harus curiga kalau ini long covid syndrome (sindrom long covid), enggak boleh menyepelekan. Lelahnya itu enggak sama dengan lelah yang dirasakan sebelum sakit [Covid-19]," kata Wirawan dalam webinar bersama RSPI, Selasa (28/9).

Dia memberikan contoh sebelum sakit Covid-19, orang bisa naik tangga hingga lantai 3 tanpa lelah berlebihan. Kemudian setelah sembuh dari sakit, naik tangga belum sampai lantai 2 saja sudah lelah luar biasa.

Post Covid Syndrome atau Long Covid Syndrome merupakan terminologi yang digunakan untuk menjelaskan gejala Covid-19 yang masih bertahan dalam tubuh pasien selepas 4 minggu pascainfeksi. Sampai kapan Long Covid Syndrome berlangsung? Anthony Fauci, pakar penyakit menular AS, menyebut Long Covid Syndrome bisa muncul dan menetap sampai 9 bulan.

Apa saja gejalanya?

Dari sebuah meta-analisis yang diterbitkan di Scientific Reports (2021) ada lebih dari 50 gejala atau dampak Covid-19 jangka panjang. Namun ada 5 gejala paling umum yakni, kelelahan, sakit kepala, gangguan konsentrasi, rambut rontok dan dyspnea atau sesak napas. Gejala-gejala ini bisa disebut gejala klinis.

Akan tetapi ada pula gejala laboratoris atau gejala yang tampak dari hasil pemeriksaan laboratorium misal hasil rontgen belum normal. Adapun gejala Long Covid Syndrome bisa dibedakan menjadi,

- sistem pernapasan, batuk, rasa tidak nyaman di dada, penurunan kapasitas paru, sleep apnea, dan fibrosis paru.
- sistem kardiovaskular, aritmia (gangguan irama jantung) dan miokarditis (peradangan pada miokardium atau otot jantung).
- neuropsikiatri, demensia, depresi, ansietas (respons terhadap ancaman yang sumbernya tidak diketahui), gangguan atensi, dan obsesif kompulsif.

Siapa saja yang berisiko mengalami Long Covid Syndrome?


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :

TOPIK TERKAIT