Dalam laman resminya, WHO menyebutkan bahwa sampai saat ini masih terlalu dini untuk mengetahui durasi perlindungan vaksin Covid-19.
"Penelitian sedang berlangsung untuk menjawab pertanyaan ini. Namun, data yang tersedia menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang pulih dari COVID-19 mengembangkan respons kekebalan yang memberikan setidaknya beberapa periode perlindungan terhadap infeksi ulang - meskipun kami masih mempelajari seberapa kuat perlindungan ini, dan berapa lama bertahan," tulis WHO.
Hanya saja, antibodi itu bisa memberikan perlindungan, namun sejauh ini tak ada yang bisa menjamin bakal bertahan berapa lama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama halnya seperti Sinovac, antibodi yang dihasilkan vaksin lain, misalnya buatan Pfizer-BioNTech, Moderna, atau AstraZeneca-Universitas Oxford juga belum dapat diketahui berapa lama akan bertahan.
Baca artikel selengkapnya di sini
Baru-baru ini terdapat laporan yang menyebut bahwa vaksinasi Covid-19mempengaruhi siklus menstruasi sejumlah wanita.
Menanggapi hal ini, Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa tidak ada efek samping vaksin Covid-19 berupa masalah siklus menstruasi
"Enggak kok, tidak ada efek samping seperti itu," demikian keterangan Siti Nadia saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Vaksinolog dokter Dirga Sakti Rambe menyatakan kabar vaksin mengganggu kesuburan dan siklus menstruasi tak bisa dijadikan acuan.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam ini, vaksin Covid yang mengganggu kesuburan tak terbukti secara ilmiah.
"Orang hamil itu bisa vaksin. Di Amerika juga sudah ada penelitian soal kesuburan ini. Jadi tidak berpengaruh ya," kata Dirga
Sementara itu, mengenai vaksin yang dapat mengganggu siklus menstruasi, Dirga menjelaskan hal ini merupakan efek sementara.
Dirga menyebut terdapat sejumlah laporan perempuan yang menyatakan mengalami gangguan haid setelah mendapatkan vaksin. Misalnya, waktu haid menjadi lebih lama atau lebih cepat.
Namun, biasanya gangguan ini hanya terjadi satu bulan di masa haid pertama setelah vaksin.
"Sifatnya jangka pendek, biasanya pas vaksin saja tapi setelah itu biasa lagi. Tapi bukan berarti yang sedang mens enggak boleh vaksin," kata Dirga
![]() Vaksin covid tak akan memengaruhi siklus menstruasi |
Mengutip laman resmi Stroke.org, vaksinasi adalah cara terbaik untuk melindungi orang yang paling rentan. Otoritas Pengatur Obat dan Produk Kesehatan (MHRA) telah menyetujui vaksin coronavirus Pfizer/BioNTech, Oxford/AstraZeneca, dan Moderna, mengikuti tes paling ketat untuk keamanan dan efektivitas.
Hanya saja yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum melakukan vaksinasi, khususnya untuk Anda yang masih menggunakan obat antikoagulan, dan pasien dengan faktor risiko yang tidak terkontrol misalnya gangguan jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, autoimun, dan kelainan pembuluh darah otak.
Mengutip laman Mayapada Hospital, semua pasien neurologi (saraf dan otak)boleh menerima vaksin Covid-19. Namun, ada beberapa kondisi pasien yang tidak diperbolehkan vaksin, yaitu sebagai berikut:
* Memiliki penyakit penyerta di bidang lain yang masuk kontraindikasi.
* Anak-anak di bawah 12 tahun.
* Pasien sedang menerima terapi imunosupresan.
* Pasien masih mendapat perawatan kondisi akut.
Hanya saja untuk pasien yang masih dirawat karena stroke (dalam fase akut) belum dapat menerima vaksina
(chs)