Selama tiga dekade pertama ekspedisi Gunung Everest, pendaki gunung mendekati puncak dari sisi utara, yang merupakan pendakian yang jauh lebih sulit.
Misi pendakian pertama berangkat dari kota Darjeeling, India, pada tanggal 18 Mei 1921 dengan durasi perjalanan awal selama lima bulan, dan menjadi panduan bagi para pendaki gunung lain hingga saat ini.
Saat ini, para pendaki banyak melakukan perjalanan dari selatan, di mana, kata Storti, sebagian besar perjalanannya "cukup mudah, sama sekali tidak sulit secara teknis. Orang dengan pengalaman mendaki yang sangat sedikit dapat membayar US$60 ribu dan punya kesempatan sampai ke puncak Everest, selama cuaca mendukung dan para Sherpa menjaga mereka."
Gaby Pilson, praktisi kegiatan luar ruangan dan instruktur pendakian di Outforia, mengatakan kepada CNN Travel bahwa Salah satu kemajuan besar adalah pembentukan tim pendaki Nepal yang sangat terampil yang dikenal sebagai Icefall Doctors pada tahun 1997.
"The Icefall Doctors membangun rute melalui Khumbu Icefall, yang merupakan salah satu bagian paling berbahaya dari Rute South Col yang populer. Tanpa mereka, jumlah ekspedisi komersial di Everest setiap tahun tidak akan setinggi sekarang. Namun, banyak pemandu dan porter Icefall Doctors telah kehilangan nyawa mereka dalam beberapa tahun terakhir saat bekerja di bagian gunung yang berbahaya ini."
Salah satu pria dalam ekspedisi tahun 1921 adalah ahli kimia Skotlandia Alexander Kellas, yang penelitiannya mengenai fisiologi dataran tinggi membuka mata dunia mengenai penjelajahan manusia di Himalaya.
Pada awal abad ke-20, sangat sedikit yang diketahui tentang efek berada di ketinggian pada tubuh manusia, karena "belum ada tempat yang setinggi itu," kata Storti.
Kellas, seorang pendaki berpengalaman, adalah bagian dari misi penelitian ke Everest, tetapi meninggal karena masalah jantung hanya sehari setelah mendaki sebelum mencapai puncaknya.
Kata Storti, "Dia melakukan pekerjaannya dengan tenang, menjadi ahli ketinggian dan efeknya pada tubuh manusia, (dan) melakukan beberapa pendakian paling spektakuler dari siapa pun di generasinya."
Kata Pilson, "Tantangan terbesar dari pendakian Everest ialah efek buruk berada di ketinggian pada tubuh manusia."
"Berada di ketinggian dalam waktu yang terlalu lama dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, kelelahan, mual, dan sesak napas. Bahkan ketika seorang pendaki tidak merasa sakit, mereka tetap harus istirahat usai beberapa jam melangkah," lanjutnya.
Pendaki tidak menggunakan oksigen sama sekali pada ekspedisi pertama, tetapi hari ini mereka "memiliki akses ke desain masker dan tabung oksigen yang lebih baik," kata Pilson.
"Tetapi, meskipun demikian, pendaki masih memiliki masalah dengan oksigen tabung yang cepat membeku, yang membuat pendakian di ketinggian masih sangat berisiko."
Tantangan lainnya ialah durasi pendakian. Banyak pendaki yang enggan berlama-lama istirahat karena akan memakan banyak biaya, hingga akhirnya mereka nekat mendaki walau kelelahan.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...