Selain karena tak bisa dijangkau helikopter dan biayanya sangat mahal (bahkan lebih mahal dari tarif mendaki Gunung Everest sendiri), banyak jenazah yang terkubur di dalam salju tebal.
Baru pada tahun 2019, di saat salju Everest sering meleleh karena perubahan iklim, mayat-mayat pendaki ini bermunculan.
"Karena dampak perubahan iklim dan pemanasan global, salju dan gletser mencair dengan cepat dan mayat semakin banyak ditemukan dan ditemukan oleh para pendaki," Ang Tshering Sherpa, mantan presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal, mengatakan kepada CNN Travel pada 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak 2008 perusahaan saya sendiri telah membawa pulang tujuh mayat, beberapa berasal dari ekspedisi Inggris pada 1970-an."
Studi menunjukkan bahwa gletser di wilayah Everest memang semakin mencair dan menipis.
Sobit Kunwar, seorang pejabat Asosiasi Pemandu Gunung Nasional Nepal, mengatakan kepada CNN Travel: "Ini adalah masalah yang sangat serius karena semakin umum dan mempengaruhi operasi kami.
"Kami sangat prihatin dengan ini karena semakin parah," tambahnya. "Kami berusaha menyebarkan informasi tentang hal itu sehingga bisa ada cara yang terkoordinasi untuk menghadapinya."
Bendahara asosiasi, Tenzeeng Sherpa, mengatakan bahwa perubahan iklim mempengaruhi Nepal dengan cepat, mengatakan bahwa di beberapa bagian gletser mencair satu meter setiap tahun.
"Sebagian besar mayat yang kami bawa ke kota, tetapi yang tidak bisa kami bawa kami hormati dengan berdoa untuk mereka dan menutupi mereka dengan batu atau salju."
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...