Ini yang kerap tidak nyambung. Anda merasa hubungan seks seminggu 3-4 kali sudah cukup, sedangkan pasangan ingin hubungan seks dilakukan tiap hari.
Perbedaan dorongan seksual dan kesulitan menyampaikan kebutuhan bisa menimbulkan kesalahpahaman.
Apalagi kalau pasangan adalah orang yang menyukai sentuhan sehingga dia bisa merasa ditolak saat Anda sebenarnya sedang tidak mood.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaiknya diskusikan frekuensi hubungan seks yang nyaman dan cukup buat Anda juga pasangan. Kemudian minta pendapat pasangan jika hubungan seksual tidak memungkinkan dilakukan, sinyal seperti apa yang lebih baik dan pasangan tidak merasa ditolak.
Pun tidak masalah membicarakan aktivitas lain di luar seks tetapi tetap menimbulkan keintiman.
Hubungan seks seperti apa yang ada dalam benak Anda? Ekspektasi orang akan hubungan seks bisa berbeda. Anda merasa hubungan seks itu begitu sakral, perlu persiapan, dan suasana nyaman.
Sedangkan pasangan tidak menitikberatkan 'printilan' karena yang penting ada waktunya. Saat hubungan seks dieksekusi, salah satu bisa kecewa karena tidak sesuai ekspektasi.
Sebaiknya ini didiskusikan, dicari jalan tengahnya saat ekspektasi berbeda jauh agar ke depan tidak memicu masalah.
Kontrasepsi sangat penting terlebih pada pasangan yang memang tidak merencanakan kehamilan dalam waktu dekat. Meski kebanyakan kontrasepsi dibebankan pada perempuan, tetap perlu ada diskusi dengan pasangan.
Menurut The Every Girl, jika belum ada rencana kehamilan dalam jangka panjang, pilihan kontrasepsi bisa jatuh pada IUD. Bagaimana dengan kondom? Ini juga tak jadi soal. Pastikan memilih kondom yang tepat, nyaman, dan tidak mengganggu aktivitas seksual.
(agn/agn)