Anak sudah bisa distimulasi belajar menulis secara bertahap sejak usia 1-2 tahun.
Misalnya, anak usia 1-2 tahun dapat diajari membuat coretan. Usia 2-3 tahun dapat diajari meniru garis vertikal, horizontal, dan lingkaran.
Usia 3-4 tahun anak bisa belajar membuat garis miring, tanda tambah, dan bentuk persegi. Usia 4-5 tahun anak bisa membuat bentuk yang lebih kompleks. Usia 5-6 tahun anak bisa menggabungkan bentuk-bentuk tersebut menjadi huruf.
"Hurud terdiri dari serangkaian bentuk sederhana misalnya huruf A, terdiri dari garis horizontal dan garis miring. Untuk itu, sebelum bisa menulis anak harus bisa menggambar sederhana dulu," tutur Gita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Seraya belajar huruf, anak juga bisa dikenalkan angka. Mulai belajar menghitung secara bertahap. Pada usia 3 tahun anak bisa diajarkan angka 1-10. Tahun berikutnya, anak bisa dikenalkan dengan angka belasan hingga 20.
"Anak sebenarnya bisa mulai menghitung sejak mereka bisa membilang, namun masih butuh objek konkret misalnya gambar. Saat sudah SD, kira-kira 6-7 tahun, anak mulai bisa membayangkan sehingga tidak lagi dibutuhkan gambar," ungkap Gita.
Kurang stimulasi dari orang tua dan pengasuh dapat membuat anak terlambat belajar calistung . Orang tua juga harus memperhatikan gizi anak.
"Gizi berpengaruh ke perkembangan kohnitif anak, sehingga bila anak tidak memperoleh gizi yang cukup, anak berpotensi mengalami hambatan kognitif, termasuk dalam calistung," kata Gita.
Hindari pula terlalu memaksa anak dalam belajar. Belajar harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan agar anak tidak tertekan.
(ptj)