LANCONG SEMALAM

Semilir Angin di 'Surga Bahari' Natuna

Feri Agus | CNN Indonesia
Minggu, 28 Nov 2021 08:48 WIB
Natuna identik dengan konflik perbatasan. Namun di balik kekisruhannya, kawasan pesisir ini kaya potensi wisata alam, sejarah, dan kuliner.
Natuna identik dengan konflik perbatasan. Namun di balik kekisruhannya, kawasan pesisir ini kaya potensi wisata alam, sejarah, dan kuliner. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Jakarta, CNN Indonesia --

Delapan hari tujuh malam saya berada di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, pertengahan Oktober lalu. Tentu bukan liburan, tapi untuk liputan.

Saya pergi bersama rekan videografer. Kami bertemu beberapa nelayan, berbincang dengan warga lokal, dan mewawancarai pejabat setempat.

Kemudian mendatangi sejumlah tempat dari Selat Lampa di selatan sampai Tanjung Datuk di utara Pulau Bunguran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Natuna terdiri dari gugusan pulau, dari Pulau Bunguran atau Natuna, Pulau Sedanau, Pulau Laut, Pulau Subi Besar, hingga Serasan. Pusat pemerintahan berada di Pulau Bunguran.

Wilayahnya berada di ujung utara perbatasan RI, berhadapan dengan negara lain. Tak heran sejumlah nelayan di sana kerap bertemu kapal-kapal asing, terutama Vietnam dan China.

Sebagai daerah kepulauan, Natuna memiliki 119 daya tarik wisata, 80 persen adalah wisata bahari. Terdapat sekitar 79 garis pantai tersebar di gugusan kepulauan tersebut.

Di tengah aktivitas liputan, saya menyempatkan mendatangi sejumlah lokasi. Selama di sana, cuaca cukup bersahabat. Langit cerah dengan terik matahari yang menyengat. Hanya pada dua hari terakhir di sana hujan turun hampir seharian.

Saya merangkum sejumlah tempat yang bisa Anda datangi dalam satu hari penuh, hingga malam selama di Natuna. Perlu diketahui tak ada angkutan umum di sana. Anda harus menyewa mobil maupun motor. Jangan khawatir ada beberapa tempat penyewaan kendaraan di sana.

Sarapan di Warung Kopi Akun

Sopir mobil rental telah menunggu di depan hotel sekitar pukul 08.00 WIB hari itu. Ia merekomendasikan sarapan di Warung Kopi Akun. Lokasinya tak begitu jauh dari penginapan saya di Jalan Datuk Kaya Wan Mohammad Benteng.

Warung Kopi Akun terletak di Jalan Soekarno-Hatta, seberang Pantai Piwang. Lokasinya berada di jalur utama Natuna. Salah satu makanan favorit di warung ini bubur ikan. Harga satu porsinya Rp15 ribu.

Tampilannya sama dengan bubur nasi pada umumnya. Namun, bubur ini lebih encer, dengan suwiran ikan, ditambah telur setengah matang.

Buat kalian yang kurang 'nendang' hanya makan bubur, ada pilihan lain di warung ini. Mie tarempa. Satu porsinya Rp18 ribu. Mie tersebut asli dari Kabupaten Anambas, tetangga Natuna.

Selain itu, warung ini juga dikenal dengan hidangan kopi hitam dan kopi susunya. Harga satu cangkir kopi hanya Rp5 ribu. Warung ini sudah ramai sejak pagi. jadi tempat berkumpul para PNS atau polisi untuk mengisi perut sebelum beraktivitas.

Santai di Pantai Batu Kasah

Setelah selesai mencicipi kudapan khas Natuna, kalian bisa menuju Pantai Batu Kasah. Lokasinya berada di Kecamatan Bunguran Selatan. Mobil mengarah ke selatan Kota Ranai.

Butuh waktu sekitar 30 menit dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam untuk sampai ke Pantai Batu Kasah. Destinasi wisata ini sudah ditetapkan sebagai salah satu geosite atau situs warisan geologi Natuna.

Di pintu masuk kawasan ini berdiri gapura bertuliskan 'Geosite Batu Kasah Natuna', dengan ornamen alat musik gendang di bagian atas dan ikan di tiang gapura. Tak ada penjaga di pintu gerbang, sehingga saya tak perlu membeli tiket masuk.

Pantai Batu KasahPantai Batu Kasah. (CNN Indonesia/ Hamka Winovan)

Hari itu, saya menjadi pengunjung pertama di pantai tersebut. Amat, sopir mobil rental, mengatakan pantai-pantai di Natuna memang sepi saat hari kerja. Kawasan pantai baru ramai pengunjung pada Sabtu dan Minggu.

Puluhan pohon kelapa berjejer di sepanjang pantai ini. Di antara pohon kelapa yang menjulang berdiri gubuk-gubuk kayu menghadap ke pantai. Gubuk tersebut disewakan ke pelancong.

Pasirnya begitu halus. Terdapat banyak batu-batu besar di sepanjang pantai. Batuan berbahan granit saling bertumpuk dan terhampar hingga menjorok ke laut.

Saat hari kerja, tak ada satu warung pun yang buka. Pusat informasi yang berada di sisi selatan juga tutup. Jadi kalian harus membawa camilan sebelum memutuskan datang bukan pada akhir pekan.

Wisata Sejarah di Museum Sri Serindit

Setelah bermain di pantai Batu Kasah, Anda bisa sejenak mampir ke Museum Sri Serindit. Jaraknya sekitar 45 berkendara dari Batu Kasah. Museum ini terletak di Jalan Imam H. Ismail, Gang Tok Ilok, Kelurahan Ranai Darat, Bunguran Timur.

Museum dikelola oleh Zaharuddin. Tersimpan beragam benda peninggalan masa lalu di sana. Seperti piring, vas bunga, mangkuk, dan perkakas rumah tangga lainnya, hingga berbagai senjata, pedang, keris, serta tembakan.

Mayoritas benda-benda ini ditemukan sendiri oleh Zaharuddin. Menurutnya, mayoritas barang arkeologi tersebut berasal dari sejumlah dinasti di China, India, Persia, Timur Tengah, Eropa, Jepang, Vietnam, Thailand, serta Pulau Jawa.

Penjaga Museum Sri Serindit, Zaharuddin.Penjaga Museum Sri Serindit, Zaharuddin. (CNN Indonesia/ Hamka Winovan)

Museum buka Sabtu sampai Kamis, pukul 09.00 sampai 16.00 WIB. Namun, karena masih masa pandemi Covid-19, musuem tutup. Pengunjung bisa datang asal membuat janji terlebih dahulu dengan Zaharuddin. Lokasinya hanya sekitar 15 menit berkendara dari pusat kota.

Di museum itu tersimpan kapak prasejarah hingga fosil yang diperkirakan dari zaman purba sekitar 70 sampai 100 juta tahun lalu.

"Kita menemukan mulai dari peradaban prasejarah, ada kampak zaman neolitikum, megalitikum, dan ini ada fosil awal pembentukan Pulau Bunguran, gugusan Pulau Natuna ini. Ini fosil sekitar 70 sampai 100 juta tahun yang lalu," katanya beberapa waktu lalu.

Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...

Semilir Angin di 'Surga Bahari' Natuna

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER