5 Terapi untuk Atasi Gangguan Insomnia

CNN Indonesia
Jumat, 07 Jan 2022 20:00 WIB
Insomnia adalah gangguan atau kondisi saat seseorang kesulitan untuk tidur dan mempertahankan tidur jangka waktu yang lama. Berikut lima terapi untuk insomnia.
Insomnia adalah gangguan atau kondisi saat seseorang kesulitan untuk tidur dan mempertahankan tidur jangka waktu yang lama. Berikut lima terapi untuk insomnia. (iStockphoto/demaerre)

3. Terapi sleep hygiene

Sleep hygiene mengacu pada aktivitas dan kebiasaan sehari-hari yang konsisten dengan atau meningkatkan pemeliharaan kualitas tidur yang baik dan kewaspadaan penuh di siang hari.

"Sleep hygiene ini misalnya kalau mau tidur, handphone tidak boleh dibawa di kasur, terus lampu sebaiknya gelap, lalu tidak minum yang mengandung kafein misalnya kopi atau teh minimal 6-8 jam sebelum tidur," ujar Lusiana.

Selain itu, pasien juga bisa menyalakan aromaterapi agar lebih rileks, membaca buku yang disukai dan dapat menenangkan pikiran, serta relaksasi sebelum tidur dimulai setidaknya 30 menit sebelum tidur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

4. Terapi stimulus kontrol

Terapi ini untuk mengasosiasikan tempat tidur dengan rasa mengantuk dan bukan aktivitas yang membuat terjaga.

Untuk menjalankan terapi ini, pasien harus menerapkan kebiasaan, seperti gunakan tempat tidur hanya untuk tidur dan aktivitas seksual, serta tidak membaca, menonton televisi, makan, atau bekerja di tempat tidur.

Jika tidak dapat tertidur dalam waktu 15-20 menit, maka pasien disarankan bangun dari tempat tidur untuk melakukan sesuatu yang membuat rileks hingga mengantuk. Cara ini dapat diulang sesering yang diperlukan.

Selain itu, pasien tidak diperkenankan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur daripada yang dibutuhkan dengan menetapkan waktu bangun standar.

5. Terapi sleep-restriction

Terapi sleep-restriction atau pembatasan tidur didasarkan pada fakta bahwa waktu yang berlebihan di tempat tidur seringkali memperburuk insomnia.

Membatasi waktu yang dihabiskan di tempat tidur dapat mengarahkan pada perilaku tidur yang lebih efisien dan teratur serta dapat diprediksi.

Ketika pasien telah menunjukkan kemampuan yang berkelanjutan untuk tidur, maka waktu di tempat tidur diperbolehkan untuk meningkat.

Selama menjalankan salah satu atau kelima terapi perilaku tersebut, Lusiana juga menyarankan agar penderita insomnia melakukan olahraga yang dapat membuat tubuh rileks secara rutin.

"Kalau saran saya, olahraga yang oke itu yoga. Di dalam yoga itu juga terdapat relaksasi dan meditasi, itu dapat dua-duanya. Beberapa orang yang tidak pernah melakukan meditasi, buat mereka meditasi itu sulit sekali. Yoga itu tingkat kesulitannya di bawah meditasi," kata Lusiana.

Selain itu, ia juga menyarankan penderita insomnia menjalankan mindful walking atau berjalan kaki secara rutin di sekitar rumah sambil melakukan relaksasi pikiran. Di dalam mindful walking, kata Lusiana, juga terdapat meditasi yang membantu pikiran lebih tenang.

"Jalan kaki itu juga ada meditasinya kalau kita mau. Saat jalan kaki ada yang namanya mindful, dengan catatan tidak bawa hp. Bisa perhatikan lingkungan sekitar, ada hal-hal yang sering kita tidak sadari karena selama ini terlalu sibuk dengan handphone. Mindful walking itu sangat bagus," ujar Lusiana.

Kesehatan mental tidak hanya akan mempengaruhi pikiran dan perasaan, namun juga kondisi fisik seseorang salah satunya adalah kemampuan untuk tidur. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya bila Anda mencoba salah satu atau beberapa terapi perilaku kognitif di atas yang Anda rasa cocok, meskipun Anda merasa bahwa kondisi mental Anda sedang baik-baik saja.

(antara/agn)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER