Selama dua tahun lebih orang hidup dalam situasi pandemi Covid-19. Ada yang menganggap bahwa pandemi tidak akan semudah itu hilang tetapi akan terus ada seperti halnya penyakit-penyakit infeksius lain seperti HIV/AIDS dan tuberkulosis.
Anggapan ini pun diaplikasikan pada Covid-19 varian Omicron terlebih gejalanya serupa dengan flu biasa.
Dokter spesialis paru Erlina Burhan mengamini bahwa banyak orang punya opini serupa. Opini ini, lanjut dia, bisa dibilang benar jika dilihat dari sisi gejala.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gejalanya mirip flu biasa, ada batuk, pilek, hidung tersumbat, cairan di hidung, rasa lesu, lemah, kadang demam. Namun kalau mau disamakan dengan flu biasa, ini agak mengkhawatirkan," kata Erlina dalam konferensi pers bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Senin (24/1).
Dia berkata masyarakat melihat flu itu sesuatu yang biasa, bahkan dianggap tidak perlu diapa-apakan. Meski terkena flu, orang tetap beraktivitas seperti biasa tanpa masker. Jika ini juga diaplikasikan pada infeksi varian Omicron, tentu berbahaya.
Infeksi varian Omicron perlu perlakuan khusus, tidak seperti flu biasa. Orang harus mengenakan masker untuk mencegah penularan, isolasi diri bahkan perawatan di fasilitas kesehatan.
"Omicron ini mudah menular dan [gejalanya] bisa berat juga, seperti dua orang yang dilaporkan meninggal. Saya setuju gejalanya mirip flu tapi perlakuannya agak beda," imbuhnya.
Sementara itu, Erlina mengingatkan bahwa kini penularan Omicron tidak melulu dari perjalanan luar negeri. Sebanyak lebih dari 20 persen kasus Omicron di Indonesia merupakan penularan lokal. Oleh karenanya, sangat penting untuk mengenali gejala Covid-19 varian Omicron.
Berdasar laporan 43 kasus di AS (1-8 Desember 2021), data dari 37 pasien bergejala menunjukkan:
- Batuk
- Nyeri atau gatal di tenggorokan
- Kelelahan
- Hidung tersumbat
- Sesak napas
- Diare
- Anosmia
- Hidung tersumbat
- Demam
- Mual/muntah
"Nyeri tenggorokan, gatal, karena Omicron ini banyak mereplikasi diri di saluran napas. Sesak napas enggak banyak karena Omicron tidak banyak [ditemukan] di jaringan paru," katanya.
Temuan di AS pun serupa dengan temuan dari hasil pengamatan pasien Omicron di RSUP Persahabatan. Sebanyak 17 pasien (Omicron dan probable Omicron) sebagian besar mengalami gejala ringan (65 persen).
Gejala antara lain, batuk kering, nyeri tenggorokan, sakit kepala, pilek, nyeri perut, demam. Kemudian hasil foto thorax menunjukkan paru kondisi normal.
Meski ringan, Erlina mengingatkan bahwa sudah ada dua kasus kematian akibat Omicron. Belajar dari pengalaman ini, sebaiknya Omicron tak lagi dianggap sepele.
"Kami dari PDPI merekomendasikan masyarakat yang layak untuk vaksin, segera vaksin lengkap di sentra pelayanan vaksinasi terdekat. Sebagian besar yang terkonfirmasi Omicron itu tanpa gejala karena sudah divaksin. Kemudian selalu menerapkan protokol kesehatan," kata dia.
(els/agn)