Pemberian vaksin mRNA jenis Pfizer pada penyintas Covid-19 memberikan perlindungan tambahan terhadap risiko reinfeksi. Hal ini ditemukan dalam dua penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada Rabu (16/2) lalu.
Dengan kata lain, pemberian vaksin setelah seseorang terinfeksi virus corona penyebab Covid-19 dapat membangun kekebalan hibrida. Nama terakhir merupakan kondisi saat seorang penyintas Covid-19, yang memiliki kekebalan alami, kemudian mendapatkan kekebalan tambahan yang diperoleh dari vaksin.
Kedua penelitian tersebut dilakukan di Israel dan Inggris. Melansir CNN, pada penelitian di Israel, ditemukan bahwa reinfeksi empat kali lebih umum terjadi pada mereka yang belum mengikuti vaksinasi. Penelitian ini melibatkan lebih dari 149 ribu penyintas Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, studi ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam hal efektivitas vaksin, baik satu atau dua dosis, pada penyintas Covid-19. Bukti ini mendukung penelitian lain yang menunjukkan satu dosis cukup untuk melindungi penyintas dari risiko reinfeksi.
Ronan Arbel, peneliti utama dalam studi ini, mengatakan bahwa pihaknya mengharapkan beberapa negara mengadopsi kebijakan sebagaimana yang diterapkan di Israel. Pada Maret 2021, pemerintah setempat merekomendasikan dosis vaksin tunggal untuk penyintas Covid-19. Vaksin diberikan pada tiga bulan setelah terinfeksi SARS-CoV-2.
"Jika Anda pulih dari Covid-19, itu seperti Anda mendapatkan vaksinasi primer," ujar Arbel. "Anda perlu mendapatkan vaksin, tapi satu [dosis] saja sudah cukup. Ini seperti booster."
![]() |
Sementara studi kedua di Inggris menunjukkan bahwa kekebalan tubuh yang dibangun akibat vaksin ditemukan lebih bertahan lama pada penyintas yang telah pulih dari Covid-19 sebelum mengikuti vaksinasi.
Sebelumnya diketahui bahwa diantara peserta yang belum pernah terpapar SARS-CoV-2, dua dosis vaksin dapat menurunkan risiko infeksi hingga 85 persen dua bulan setelah vaksinasi. Risiko akan menurun menjadi 51 persen setelah enam bulan.
Namun sebaliknya, mereka yang mendapatkan suntikan vaksin setelah pulih dari Covid-19 ditemukan mampu mempertahankan kekebalan tubuhnya lebih dari 90 persen selama hampir setahun setelah infeksi primer dan enam bulan setelah vaksinasi.
Ahli virologi La Jolla Institute for Immunology, Shane Crotty mengatakan, kekebalan hibrida memungkinkan tubuh untuk menciptakan antibodi yang lebih beragam dalam rangka menetralisir berbagai varian yang lebih luas.
Pada dasarnya, kekebalan hibrida bisa didapat dengan vaksinasi penuh dan booster. Namun, kekebalan hibrida akan terbangun lebih cepat jika sebelumnya seseorang pernah terpapar dan pulih dari Covid-19 yang kemudian dilanjutkan dengan vaksinasi.
"Kekebalan hibdrida telah mendapat banyak bonus untuk urusan daya tahan tubuh. Daya tahannya cukup kuat," ujar Crotty.
Kendati demikian, kedua penelitian yang membuktikan efektivitas kekebalan hibrida tersebut tidak memasukkan data dari lonjakan varian Omicron yang sangat menular.
(asr)