Puasa intermiten memperbolehkan Anda untuk tetap mendapatkan asupan cairan selama periode puasa. Namun, tidak dengan minuman berkalori seperti susu atau kopi dengan gula, termasuk juga air kelapa.
"Yang terbaik adalah hanya minum air putih," ujar Holm. Untuk mengisi elektrolit tubuh, Anda bisa menambahkan sedikit garam ke dalam air minum.
Di awal puasa, saat tubuh membakar glikogen, Anda sebenarnya akan melepaskan air ke dalam aliran darah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, setelah simpanan glikogen habis, tubuh tidak akan memiliki simpanan karbohidrat dan air untuk digunakan kembali. Dengan demikian, hidrasi ekstra sangatlah penting dalam puasa intermiten.
Bagian satu ini berhubungan dengan ritme sirkadian. Tubuh dirancang untuk makan di siang hari dan beristirahat setelah matahari terbenam. Makan terlalu larut akan mengganggu ritme sirkadian dan mengganggu siklus tidur.
"Penelitian menunjukkan bahwa makan terlalu larut akan meningkatkan risiko diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, dan obesitas," ujar Holm.
![]() |
Tak apa-apa jika ingin melakukan olahraga ringan selama periode puasa. Namun, olahraga dengan intensitas tinggi yang dibarengi dengan pembatasan asupan kalori hanya akan menimbulkan terlalu banyak tekanan pada tubuh.
Holm mengatakan, puasa dalam waktu lama membuat tubuh stres. Kondisi tersebut akan meningkatkan produksi kortisol yang menjadi hormon stres.
"Karena progesteron adalah prekursor kortisol, maka ketika kortisol meningkat, kadar progesteron menurun," ujar Holm menjelaskan.
Perlu diketahui, satu pekan sebelum menstruasi adalah waktu di mana kadar progesteron mulai menurun. Melakukan puasa pada waktu ini hanya akan membuat kadar progesteron menurun lebih drastis.
Wanita perlu tahu, kadar progesteron yang rendah akan menyebabkan menstruasi tidak teratur dan timbulnya bercak pramenstruasi. Selain itu, wanita juga mungkin mengalami gangguan suasana hati, gangguan tidur, kecemasan, hingga depresi.
(asr)