Hanya saja, selotip yang jadi solusi buat produsen, malah jadi sumber derita buat konsumen. Bagaimana tidak? Mencari ujung selotip ini seakan mencari jarum di tumpukan jerami.
Dede mengakui selotip memang bikin konsumen 'gemas.' Namun dia mengeluhkan selotip di pasaran tidak memiliki desain khusus dan memudahkan konsumen.
"Sementara yang banyak digunakan adalah selotip biasa tanpa ada penanda. Selotip seperti ini biasanya mudah ditemui pedagang cookies," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, keinginan untuk memudahkan konsumen malah bisa jadi menyulitkan produsen. Gita R. owner dari Suri Patisserie menjelaskan, mengepak kue merupakan salah satu proses yang memakan waktu.
Menurutnya, banyak detail yang harus dipikirkan dan dipastikan kelengkapannya mulai dari kerapihan kue atau makanan sampai kebersihannya. Pengemasan kue harus bebas dari debu, kotoran atau rambut yang masuk.
"Jadi nambah satu step lagi kayaknya nambahin kerjaan aja. Mungkin kita mikirnya 'Kan cuma gini doang', tapi bayangin kalau dia harus packing ratusan toples per hari. Kalau [selotipnya] dilipat [di ujung] dan enggak rapi, jadinya jelek tampilannya," kata Gita saat dihubungi secara terpisah.
Akan tetapi, Ann's Bakehouse & Creamery memiliki strategi berbeda. Dori berkata sejak toko berdiri pada 2014, toples-toplesnya sudah memiliki penanda untuk memudahkan konsumen membuka toples.
Karena pernah ada di posisi konsumen, Dori mengaku mencari ujung selotip memang bikin kesal, terlebih selotip biasanya transparan.
"Kami pakai tali warna gold, nanti diselipkan di ujung selotip sehingga ada bagian yang tidak menempel pada toples. Memang perlu usaha dan waktu lebih, waktu packing jadi lebih panjang, kemudian sangat detail harus memotong tali kecil-kecil, ditempel," katanya.
Meski demikian, usaha ini tidak sia-sia sebab pelanggan benar-benar dimudahkan. Bahkan buat pelanggan setia, penanda di toples Ann's Bakehouse & Creamery merupakan tanda khas toko.
(els/chs)