Seorang remaja bernama Vanessa viral di media sosial karena sembuh dan kembali berjalan usai menerima Vaksin Nusantara dari Terawan Agus Putranto.
Mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Faqih mengatakan pada Sabtu (30/4) bahwa kesembuhan Vanessa jangan sampai hanya sekadar efek plasebo. Apa itu efek plasebo?
Sebagaimana dilansir NewScientist, efek plasebo adalah suatu fenomena misterius yang terjadi ketika gejala medis seseorang berkurang melalui kekuatan sugesti dan harapan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu contohnya yaitu ketika penyakit seseorang membaik setelah minum 'obat' yang diketahui tidak efektif.
Efek plasebo semula 'dimanfaatkan' secara kecil-kecilan oleh dokter atau orang tua yang merawat anak yang sakit.
Namun, hal itu mengalami perubahan karena para ilmuwan menyadari bahwa penting untuk tidak menyimpulkan sebuah peristiwa dengan efek plasebo ketika mengukur kemanjuran obat baru.
Efek plasebo menjadi salah satu alasan di balik banyaknya orang-orang yang merasa yakin bahwa mereka pulih dengan melakukan terapi alternatif.
Sebagian orang menentang pemanfaatan efek plasebo karena mengesampingkan mekanisme dan hanya melihat hasil. Namun, beberapa orang orang lainnya tetap menerima efek plasebo meskipun efeknya kecil dan tidak konsisten.
Di sisi lain, Profesor Ted Kaptchuk dari Beth Israel Deaconess Medical Center yang berafiliasi dengan Harvard mengatakan, efek plasebo tidak akan menyembuhkan penyakit, seperti menurunkan kolesterol atau mengecilkan tumor.
Sebaliknya, efek plasebo bekerja pada gejala yang dimodulasi oleh otak, salah satunya persepsi rasa sakit.
"Efek Plasebo mungkin membuat Anda merasa lebih baik, tetapi mereka tidak akan menyembuhkan Anda," tutur Kaptchuk dalam publikasinya di situs Harvard Medical School.
"Mereka telah terbukti paling efektif untuk kondisi seperti manajemen nyeri, insomnia karena stres, dan efek samping pengobatan kanker seperti kelelahan dan mual," lanjutnya.
Cara kerja efek plasebo sendiri disebut masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi melibatkan reaksi neurobiologis yang kompleks. Kaptchuk menyebutnya sebagai "cara otak memberi tahu tubuh apa yang dibutuhkan untuk merasa lebih baik".
Sebuah studi yang dipimpin Kaptchuk dan terbit di Science Translational Medicine menyelidiki efek plasebo dengan menguji bagaimana orang bereaksi terhadap obat nyeri migrain.
Satu kelompok mengambil obat migrain berlabel nama obat, yang lain mengambil pil palsu berlabel 'plasebo', dan kelompok ketiga tidak mengambil apapun.
Hasil penelitian menemukan bahwa efek plasebo 50 persen sama efektifnya dengan obat asli untuk mengurangi rasa sakit setelah migrain.
"Bahkan jika mereka tahu itu bukan obat, tindakan itu sendiri dapat merangsang obat untuk berpikir bahwa tubuh sedang disembuhkan," kata Kaptchuk.
Sementara itu, eks Ketua IDI Daeng Faqih juga mengatakan hal senada terkait fenomena yang dialami Vanessa usai disuntik Vaksin Nusantara oleh Terawan Agus Putranto. Ia mengingatkan jangan sampai kejadian itu hanya sekadar efek plasebo.
"Untuk menghindari efek plasebo, apalagi kalau kebetulannya cuma sekali. Sembuhnya cuma sekali atau lima kali, itu enggak bisa kemudian diambil kesimpulan, bahwa [vaksin] itu bisa menyembuhkan," kata Daeng kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (30/4).
"Kalaupun terjadi, kebetulan, itu jangan kemudian buru-buru didalilkan, karena kebetulan itu harus dibuktikan. Jangan satu kasus kemudian digeneralisir bahwa itu memiliki khasiat itu," ujarnya.
(frl/agn)