Jakarta, CNN Indonesia --
Meskipun belum diketahui penyebab pasti hepatitis akut, Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Mohammad Syahril mengatakan ada kemungkinan penyakit ini menyebar melalui pernapasan.
Dia juga menyebut pasien hepatitis misterius ini berisiko menjalani transplantasi hati.
"Diduga penyebarannya memang melalui pernapasan," kata Syahril dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Jumat (13/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu dia mengimbau para orang tua membimbing anaknya agar bisa melakukan protokol kesehatan untuk mencegah terpapar penyakit ini. Mulai dari menghindari kerumunan, menjaga jarak, selalu memakai masker dan rutin mencuci tangan.
"Jadi protokol kesehatan yang berlaku untuk Covid-19 jangan kendor, kebiasaan yang bagus itu harus terus diterapkan," kata dia.
Dalam kesempatan itu, dia juga meminta para orang tua lebih waspada. Terutama jika anak telah menunjukkan gejala awal hepatitis akut.
Dia menyebut gejala hepatitis akut ini dibagi ke dalam tiga tahap, yakni tahap awal biasanya anak mengalami sakit perut, mual, muntah hingga diare. Sebaiknya dalam kondisi ini anak segera dilarikan ke rumah sakit.
Kemudian gejala lanjutan yakni saat anak mulai mengalami penyakit kuning yang biasanya dimulai dari mata yang menguning hingga ke seluruh tubuh. Dan terakhir adalah tahap lanjutan parah, biasanya pada tahapan ini kondisi anak sudah benar-benar memburuk.
"Tahap ini warna urine sudah seperti teh dan di feses ditemukan lendir putih. Pada tahap ini gejalanya sudah benar-benar memburuk," kata dia.
Pasien Hepatitis Akut Berisiko Transplantasi Hati
Syahril mengungkapkan tidak menutup kemungkinan pasien hepatitis akut di Indonesia akan mendapatkan transplantasi hati.
Transplantasi ini kemungkinan terjadi lantaran penyakit tersebut menyebabkan gagal hati pada pasien.
Syahril kemudian menyebut prosedur transplantasi hati sudah biasa dilakukan di Indonesia. Ia juga menyinggung prosedur transplantasi hati yang sudah dilakukan terhadap puluhan suspek hepatitis akut misterius di luar negeri seperti Inggris.
"Untuk transplantasi hati, di Indonesia sudah dilakukan yah untuk kasus hepatitis (tapi bukan akut) nah, ada kemungkinan kami juga akan melakukan transplantasi hati untuk hepatitis akut," ucapnya.
"Saya mendengar pencerahan Prof Hanifah (dokter spesialis anak dari IDAI) bahwasannya di Indonesia sudah dilakukan transplantasi hati untuk kasus hepatitis dan kasus-kasus hebat. nah kita juga bisa lakukan transplntasi hati seperti sebelumnya untuk kasus ini."
Transplantasi hati bukan perkara sederhana. Baik pendonor maupun resipien harus memenuhi syarat-syarat sehingga transplantasi bisa dilakukan. Untuk pendonor dipilih mereka yang memiliki ikatan darah dengan resipien dan memiliki golongan darah sama. Fungsi organ hati juga harus dalam keadaan normal.
Donor hati bukan berarti benar-benar kehilangan sebagian hati selamanya. Tak seperti donor ginjal yang notabene membuat pendonor tinggal memiliki satu ginjal, pendonor transplantasi hati masih bisa memiliki hati yang 'utuh'. Menurut Toar, organ hati pendonor tidak akan mengalami gangguan fungsi walau diambil sebagian.
Kementerian Kesehatan mencatat 18 kasus hepatitis akut dengan korban meninggal dunia sebanyak tujuh orang sejak 27 April lalu. Rata-rata korban meninggal dunia ini karena keterlambatan perawatan lantaran korban baru dibawa ke fasilitas kesehatan saat gejalanya sudah sangat memburuk.