Dilalahnya, kondisinya mulai membaik setelah satu bulan kurang lebih terpapar Covid-19. Total dia menjalani perawatan kurang lebih dua minggu. Habis uang, habis tenaga dan juga rasa bersalah kepada orang tua.
"Keluar dari rumah sakit saya langsung mikir, enggak bisa, nih, saya gini terus. Udah, deh, saya harus berhenti. Enggak bisa saya mati konyol gara-gara rokok, kasihan orang tua," katanya.
"Ya, doain saja konsisten, karena tidak mudah, tapi harus. Bahaya, lho, rokok, saya merasakan sendiri."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :![]() Hari Tanpa Tembakau Sedunia WHO: 4,5 Miliar Puntung Rokok Dibuang Setiap Tahunnya |
Hal serupa juga dialami Ramadhan (29). Pria kelahiran Cimahi, Bandung ini berhenti merokok sejak empat tahun lalu.
Ramadhan merokok sejak kuliah. Tak terlalu banyak, Ramadhan biasanya hanya menghabiskan satu bungkus rokok dalam dua hingga tiga hari.
Banyak faktor yang membuatnya berhenti merokok. Mulai dari kesehatan, rasa bersalah ke orang yang tidak merokok, masalah ekonomi, hingga kekasih saat itu yang tak menyukai kebiasaannya merokok.
"Alasan utama, sih, kesehatan ya. Soalnya jalan sedikit sesak, gampang capek. Sadar, tuh, kayaknya tidak beres, nih, gara-gara rokok," kata Ramadhan.
Lihat Juga :![]() Hari Tanpa Tembakau Sedunia Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Berhenti Merokok untuk Selamatkan Bumi |
Dia juga sadar, kepulan asap rokok yang keluar dari mulutnya bisa menghantui orang lain di sekitarnya yang bukan perokok aktif. Ibaratnya, melalui kebiasaan merokok, dia berbagi penyakit dengan orang lain.
"Kasihan juga sama yang pasif, kan. Merokok enggak, kena penyakitnya iya," selorohnya.
Tak sulit untuk memutuskan berhenti. Keinginan yang muncul dari dalam dirinya membuat proses berhenti merokok jadi lebih mudah.
Hingga saat ini, dia juga tidak pernah tergoda untuk kembali merokok saat berkumpul dengan teman-teman perokok aktifnya.
"Hilang saja gitu keinginan merokok. Malah kadang suka pengin ngasih tahu ke orang [kalau] berhenti merokok lebih enak," katanya.
(tst/asr)