Jika lorong waktu benar adanya, Sera (33, bukan nama sebenarnya) ingin kembali ke beberapa tahun lalu. Tahun-tahun dimana ia terlibat dalam hubungan 'friends with benefit' alias FWB dengan seorang teman.
Bukan ingin kembali merasakan gairah muda yang begitu bergejolak, tapi Sera ingin memikirkan ulang pilihannya saat itu.
"Bukan menyesal, tapi lebih bertanya-tanya, waktu itu saya ngapain, ya? Apa, ya, yang ada di pikiran saya waktu itu?" ujar Sera pada CNNIndonesia.com, Selasa (14/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Kesadaran' soal 'waktu itu saya ngapain ya?' juga terjadi seiring berjalannya waktu. Sekarang ini yang ada di pikirannya hanya bagaimana memiliki masa depan yang cerah, menjanjikan, dan pasti. Ya, yang pasti-pasti saja, bukan sekadar having fun.
Di zaman kiwari, ada banyak pilihan untuk menjalin relasi intim bersama lawan jenis. Tak melulu harus berstatus pacar, beberapa orang, seperti Sera, menjalin hubungan layaknya kekasih tanpa disertai komitmen jelas.
Istilah 'friends with benefit' atau berhubungan seksual tanpa hubungan yang jelas belakangan populer di tengah masyarakat. Gara-garanya sebuah video viral yang berisi sekelompok perempuan berbagi pengalaman menjalani FWB.
Sontak, video itu mendapatkan banyak kritik dari warganet. Mereka berpendapat bahwa video tersebut seolah membenarkan seks bebas.
Sera terlibat hubungan kasual dengan seorang rekan kerjanya di kantor. Cukup lama, hubungan itu berjalan naik turun selama hampir tiga tahun lamanya.
"Semuanya terjadi gitu aja, dengan sendirinya," ujar Sera.
Penyebabnya adalah kebutuhan akan rasa hangat dan keintiman yang tak terbendung, sementara Sera dan si pria berada jauh dari kekasih masing-masing yang tinggal di kota yang berbeda.
Merasa nyambung dan nyaman, Sera pun terlibat hubungan fwb dengan teman barunya itu.
Hubungan keduanya berjalan naik turun. Ada kalanya keduanya terlibat begitu dekat, ada juga saatnya mereka saling berjauhan satu sama lain.
![]() |
"Karena ini hubungan kasual, jadi saya, sih, tetap ngerasa perlu menjaga jarak," ujar Sera. Saat hubungan yang terjalin sudah dirasa terlalu intens, keduanya kompak saling menjauh dan kembali lagi saat saling membutuhkan. Cara ini juga disebut membantu mengontrol perasaannya.
Soal benar atau salah, Sera tak bisa menjawab. Semuanya kembali pada pilihan masing-masing individu.
Lagi pula, menurut Sera, konsep friends with benefits tak melulu soal urusan ranjang. Tapi juga soal kehadiran teman yang membuatnya merasa nyaman bisa bercerita apa saja secara langsung, tanpa harus terikat oleh perasaan.
Tapi, Sera tak ingin mengulangnya. Baginya, hubungan kasual yang dijalaninya saat itu hanya bentuk senang-senang belaka dan dilakukan saat dirinya belum banyak berpikir tentang masa depan.
"Kalau sekarang dipikir-pikir lagi, sebenarnya hubungan kayak gitu (fwb) enggak ada gunanya juga," ujar Sera.
Berlanjut ke halaman berikutnya..