Semenjak New Yogyakarta International Airport (NYIA) beroperasi, nama Kulon Progo semakin sering digaungkan.
Tapi ada apa di Kulon Progo?
Kulon Progo tak hanya menawarkan akses menuju 'Kota Gudeg' tetapi juga potensi wisata luar biasa meski masih ada beberapa 'pekerjaan rumah' yang perlu dibereskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo Joko Mursito menuturkan keberadaan YIA dan popularitas Candi Borobudur yang belakangan jadi topik pembicaraan lantaran isu kenaikan harga, musti jadi pemantik semangat untuk berbenah.
"Kami mau tidak mau harus berlari kencang untuk mengejar ketertinggalan agar bisa bersinergi dengan situasi saat ini," ujar Joko saat ditemui di area wisata Gua Kiskendo, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Selasa (14/6).
Joko mengatakan pihaknya merombak RIPARDA atau Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota. RIPARDA yang sudah dirombak pun kini memiliki visi dan misi yang sejalan dengan situasi sekarang.
Dia memberikan contoh, sebelum ada NYIA, Kulon Progo tidak memiliki aturan-aturan tentang usaha jasa pariwisata yang mengarah pada pelayanan wisatawan asing. Kini dengan RIPARDA baru, aturan jasa wisata sudah mengarah ke sana.
Akan tetapi, beberapa destinasi wisata di Kulon Progo memang masih mengalami masalah seperti kesulitan akses sinyal komunikasi dan infrastruktur. Namun masalah ini coba diurai bermodal 'Nusa Brata' dan 'Sambanggo'.
"Kami sudah memulai dengan dibentuknya tim Nusa Brata yang dalam istilah Jawa dikenal juga dengan manunggal sedya braya pariwisata yang maknanya bersama-sama mengembangkan pariwisata," jelasnya.
Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, lanjut dia, tidak bisa bekerja sendiri sehingga perlu sinergi dengan Dinas Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Perhubungan.
"Kami juga didukung oleh [tagline] Sambanggo yakni Sambang Kulon Progo. Di masa pandemi, semua sedang 'sakit', makanya kami tidak mengajak orang berekreasi, tapi menyambangi atau menjenguk. Kan menjenguk itu enggak lama, cuma sebentar," katanya.
"Ini kami jadikan spirit tagline baru kami untuk wisata Kulon Progo."
Barangkali ini pertanyaan yang kerap dilontarkan publik. Kulon Progo memiliki citra berupa kawasan Jogja 'pinggiran' dan jauh dari kawasan kota yang dianggap serba ada.
Bicara soal wisata DIY, orang terlanjur terpaku dengan Jalan Malioboro, Monumen Tugu, Alun-alun Kidul maupun Keraton Yogyakarta. Padahal Kulon Progo menawarkan ragam destinasi wisata. Joko menyebut Kulon Progo punya perpaduan kultur dan alam.
"Budaya sangat kuat dan alam sangat mendukung. Itulah modal kami dan karena itu akan kami kembangkan," imbuhnya.
Tengok saja wisata Gua Kiskendo. Di sini, Anda akan disuguhi pahatan alam berupa stalagtit dan stalagmit indah sekaligus menantang. Pun keberadaan gua ini diyakini memiliki kaitan dengan legenda Ramayana berupa kisah dua kera bersaudara, Subali dan Sugriwa.
Sejak pandemi pun mulai digalakkan sendratari yang mengisahkan dua kera ini dan melibatkan seniman serta anak-anak muda setempat.
"Kami ingin seperti gudeg yang dikemas dengan kaleng atau spaghetti yang dikemas daun pisang. Maknanya adalah kami ingin kearifan lokal diangkat betul-betul dengan kemasan internasional atau isi internasional tapi disajikan secara lokal," imbuhnya.
(els/chs)