Jakarta, CNN Indonesia --
Jika Anda pernah merasa tak banyak terlibat dalam suatu proyek di tempat Anda bekerja, maka ada kemungkinan Anda termasuk dalam praktik "quiet firing" atau proses pemecatan paksa yang dilakukan secara "halus".
Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan di laman LinkedIn pada Agustus lalu, perusahaan yang melakukan metode pemecatan ini kerap kali membiarkan pekerja untuk tak mengalami kenaikan gaji selama bertahun-tahun atau tidak memberikan kesempatan promosi ke jabatan baru.
Selain itu, perusahaan biasanya akan memberikan tanggung jawab pekerja yang lebih sedikit kepada pekerja yang akan dipecat itu, bahkan dengan sengaja menjauhkan dari proses pengembangan diri dan kepemimpinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir melalui laporan Huffpost, Rabu (7/9), sebanyak 200 ribu responden telah mengisi polling tersebut. Hasilnya, 48 persen pernah menyaksikan rekan kerja yang mengalami perlakuan-perlakuan itu.
Agar lebih memahami konteks ini, ada perbedaan istilah antara "quiet firing" dengan "quiet quitting". Istilah "quiet quitting" ini sempat viral beberapa waktu lalu di media sosial.
Definisi "quiet quitting" lebih menekankan kepada sikap pekerja yang cenderung tak memberikan upaya paling maksimal dalam pekerjaannya sembari mencari tempat pekerjaan baru demi jenjang karier selanjutnya.
Sementara, "quiet firing" adalah proses yang dilakukan oleh pihak perusahaan yang membuat pekerja atau karyawan tak memiliki pilihan lain selain keluar dari perusahaannya.
"Seringkali itu tidak dimulai dari karyawan, melainkan dari penyedia pekerjaan - perusahaan tidak benar-benar terlibat dengan karyawan atau menginvestasikan perkembangan karier mereka atau meluangkan waktu untuk mendukung mereka," terang Bonnie Dilber, seorang perekrut profesional kepada Huffpost, Rabu (7/9).
"Hasil dari perlakuan itu adalah karyawan merasa bahwa dirinya tidak dilibatkan," sambungnya.
Seorang atasan dapat mengirimkan sinyal yang halus tapi jelas bahwa seorang karyawan tidak lagi memiliki masa depan yang nyata di perusahaannya. Juga, bahwa pilihan terbaik bagi mereka adalah mencari pekerjaan di tempat lain.
[Gambas:Video CNN]
"Quiet firing tentu saja benar adanya. Kadang, keputusannya sangat bersifat politis, seperti ketika atasan lebih menyukai orang lain dan itu bukanlah Anda - dan [mereka] akan memaksamu untuk keluar," ungkap penasihat karier Harvard College Gorick Ng secara terpisah kepada Huffpost.
"Kadang, keputusannya berdasar dari kinerja, yang mana bisa jadi manajer Anda mencoba untuk memberikan masukan, tapi mereka tidak melihat perubahan perilaku dari Anda dari batas waktu yang mereka inginkan, sehingga membuatnya menyerah," lengkap Ng mengenai "quiet firing.
Lanjut ke sebelah...
Berikut lima tanda "quiet firing" alias pemecatan paksa secara halus.
1. Atasan kerap tidak terlibat dalam percakapan penting
Menurut Ng, sebuah indikasi bahwa Anda akan dipecat paksa dengan cara halus adalah ketika atasan Anda kerap kali menghindari percakapan penting.
"Mereka memang bisa saja sibuk, tentu saja, tapi mereka juga seharusnya bisa berpikir, 'Saya tahu bahwa ini akan menjadi sesuatu yang canggung, jadi lebih baik saya menyembunyikan muka saya'," jelas Ng.
Dalam kesempatan yang terpisah, Bonnie Dilber berkata bahwa perubahan dan pembatalan rapat yang mendadak juga menjadi hal yang dapat mengindikasikan pemecatan diam-diam.
"Tugas nomor satu seorang manajer adalah memastikan jika semua orang di tim mereka bahagia, sukses, dan berkembang. Serta, dapat menghadapi berbagai rintangan di depan mereka," tulis Dilber di laman LinkedInnya.
"Jika manajer Anda tidak meluangkan waktu agar Anda mengerti pekerjaannya. Maka itu terdapat suatu masalah," lanjutnya.
2. Atasan memberikan kesempatan favorit Anda kepada rekan kerja lain
Menurut Ng, tanda lain dari pemecatan paksa secara halus adalah ketika atasan Anda mempercayakan proyek pilihan kepada anggota tim lain daripada Anda.
"Pengalihan ini adalah ketika manajer Anda, yang sebelumnya berjanji untuk memberi Anda tugas tertentu, tiba-tiba mengalihkan pekerjaan itu kepada orang lain," katanya.
"Mereka bisa saja berubah pikiran, tentu saja, tapi mereka juga bisa berpikir: 'Saya tidak mempercayai Anda. Izinkan saya memberikan proyek penting ini kepada seseorang yang saya tahu dia akan melakukan pekerjaan dengan baik'," imbuh Ng.
3. Tak ada kejelasan kenaikan gaji dan promosi
Menurut Dilber, indikasi quiet firing ini tercipta ketika Anda mungkin hanya mendapatkan kenaikan gaji kecil sementara yang lain menerima lebih banyak.
Atau, Anda mungkin secara sengaja dilewatkan untuk promosi meskipun Anda bekerja sekeras rekan-rekan Anda.
4. Anda dihadapkan dengan rancangan peningkatan beban kerja yang tak masuk akal
Terkadang, rencana peningkatan kinerja merupakan peluang nyata bagi karyawan untuk berkembang.
Namun, jika Anda kompeten tapi hanya didasarkan pada umpan balik subjektif, itu sebenarnya hanya sebuah kode dari atasan yang memaksa Anda untuk segera berhenti.
[Gambas:Photo CNN]
5. Beban kerja Anda berubah tanpa proses negosiasi
Menurut penasihat karier Jasmine Escalera, hal ini dapat terjadi ketika beban kerja seorang pekerja berkurang atau dipindahtugaskan ke wilayah lain.
"Mereka mengatakan kepadanya jika dia ingin mempertahankan pekerjaannya, dia harus pindah jauh-jauh ke California dari New York, dan itulah satu-satunya cara dia dapat mempertahankan posisinya," kata Escalera.
"Mereka tidak menawarkan relokasi atau bayaran tambahan. Itu terjadi untuk pekerjaan yang sama, mengalami kemunduran, dan ditempatkan di wilayah yang berbeda," lanjutnya.
Ketika tidak ada celah untuk negosiasi dengan karyawan setelah perubahan besar, maka besar kemungkinan pesan yang dikirim oleh atasan Anda adalah "terima apa adanya atau tinggalkan saja," katanya.