Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10). Korban berjatuhan lantaran terinjak-injak, sesak napas, dan gas air mata. Apa efek gas air mata?
Korban meninggal dunia dalam insiden Kanjuruhan usai laga Arema FCvs Persebaya SurabayadiLiga 1 2022/2023 pada Sabtu (1/10), telah mencapai 125 orang.
"Data BPPD [Badan Penanggulangan Bencana Daerah] Jatim pada pukul 10.30 tadi memang demikian, 174 korban meninggal," kata Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, kepada CNNIndonesia.com pada Minggu (2/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satupemicu banyaknya korban jiwa adalah paparan gas air mata yang menimbulkan kepanikan massa di dalam stadion.
Gas air mata itu ditembakkan polisi ke arah lapangan dan area tribun penonton. Panik, massa pun berlarian mencari jalan keluar.
Gas air mata umumnya terbuat dari beberapa bahan kimia. Chlorobenzylidenemalononitrile (CS) menjadi senyawa kimia yang paling umum dijadikan bahan pembuatan gas air mata.
Guru Besar FKUI Profesor Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa secara umum, paparan gas air mata dapat menimbulkan dampak pada kulit, mata, dan saluran napas.
Pada saluran napas, gejala akut atau yang berlangsung cepat bisa muncul berupa dada yang terasa berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik hingga sesak napas.
"Pada keadaan tertentu, dapat terjadi gawat napas [respiratory distress]," tulisnya, dalam sebuah pesan singkat, Minggu (2/10).
Menambahkan Tjandra Yoga, Agus Dwi Susanto, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia kepada CNN Indonesia TV mengungkapkan bahwa komponen gas air mata adalah gas iritan atau gas yang menyebabkan iritasi pada mukosa dan sel dalam tubuh.
"Gejala yang segera muncul setelah terkena gas air mata adalah iritasi mata, mukosa hidung, kulit, saluran napas menyebabkan mata merah, panas dan sakit di mata dan kulit.
Selain itu, mukosa hidung juga panas, hidung berair, tenggorokan panas gatal dan tercekik, berdahak, di paru nyeri dada dan sesak napas."
Menyoal tragedi kanjuruhan, Agus menyebut bahwa ada kemungkinan terjadinya asfiksia mekanik atau kondisi kekurangan oksigen karena faktor mekanik.
"Pada kondisi yang padat, beberapa faktor bisa menyebabkan masalah kesehatan. Termasuk terhirup gas air mata, sesak napas yg muncul karena padat, terinjak-injak,"katanya.
"Asfiksia mekanik, kondiisi kekurangan oksigen karena faktor mekanik, misalnya jatuh, lingkungan padat, berdesakan, ditambah lagi zat iritan, jadi dobel, ini bahaya."
Lalu adakah efek gas air mata jangka panjang untuk tubuh. Tentang ini Agus menyebut penelitian tentang efek jangka panjang masih sedikit.
"Ada beberapa misalnya keluhan pernapasan menetap seperti batuk menetap, sesak napas menetap, karena kerusakan jaringan di paru. Kalau di mata gangguan penglihatan menetap, dan dalam laporan juga disebutkan soal keluhan masalah mental."
(chs)