Peluh dan Taktik Para Pejuang Dua Garis Biru

CNN Indonesia
Minggu, 13 Nov 2022 13:38 WIB
Tak semua pasangan suami istri mudah diberikan momongan. Berbagai cara, taktik, dan keputusan dilakukan demi mencari jalan keluar.
Ilustrasi. Di zaman kiwari, banyak pasangan mengalami kesulitan untuk punya momongan. (iStockphoto)

Keduanya juga tak berpikir untuk mengikuti program hamil yang harganya selangit. Program dilakukan hanya dengan mengonsumsi vitamin.

Rasa ragu untuk mengikuti program hamil semakin kuat saat Soca melihat pengalaman teman-temannya. Ada yang tiga tahun program tapi belum juga membuahkan hasil, ada yang berhasil tapi malah keguguran.

"Kami, sih, realistis aja. Jujur saja, selain enggak mampu [biaya], takut kalau gagal nanti saya malah stres berat, nge-drop lagi," ujar Soca.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi Soca, ingin punya momongan itu boleh-boleh saja dan wajar. Tapi jangan sampai keinginan itu mengorbankan diri sendiri dan orang-orang di sekitar.

"Intinya, sih, kami pasrah saja. Kalau dikasih [momongan], alhamdulillah banget. Kalau enggak dikasih pun, enggak apa-apa, kita coba plan B," kata Soca.

Toh, menurut Soca, di zaman kiwari, ada banyak pilihan menyoal momongan. Pola pikir masyarakat yang semakin cair membuat keduanya pede dengan rencananya.

"Lagi pula, kalau pun ternyata enggak dikasih [momongan] dan harus adopsi, itu, kan, sama dengan kita membantu orang lain, mengurus anak yang enggak keurus," kata Soca.

Memilih balik kanan

Entah telah berapa belas atau puluh juta yang dikeluarkan pasangan Meisa (33) dan Agri (38). Duit itu dikeluarkan demi memenuhi keinginan untuk punya momongan.

Sejak 2020 lalu, keduanya sepakat untuk menjalani program hamil. Bukan apa-apa, menikah sejak tahun 2015 lalu, tapi tak ada juga kabar kehamilan yang datang.

"Kamu dan suami terlalu sibuk, under pressure terus," ujar Meisa, meniru kembali omongan dokter yang menanganinya kala itu.

Ilustrasi pasanganIlustrasi. Beberapa pasangan juga memilih menyerah setelah program hamil tak kunjung memberikan hasil. (iStock/vadimguzhva)

Keduanya memang sama-sama bekerja. Parahnya lagi, keduanya sama-sama bekerja di industri kreatif yang sibuknya minta ampun. Pulang kerja dini hari, ya, sudah biasa.

Dokter meminta keduanya untuk mengurangi porsi kerja. Tapi, rasanya susah minta ampun.

Masalah kesuburan dialami baik oleh Meisa maupun Agri. Maklum, selain sibuk kerja dan sering stres, sejak lama juga keduanya adalah perokok berat.

Tiga tahun program berjalan, dua garis biru tak juga didapat. Mereka memilih untuk balik kanan alias berhenti.

Padahal, duit yang sudah dikeluarkan tentu tak sedikit. Dalam setiap satu kali konsul atau tindakan saja, minimal duit Rp2 juta sudah harus direlakan keluar dari tabungan. Hitung saja, berkali-kali tindakan dan konsul selama hampir tiga tahun. Entah berapa jumlahnya.

"Dipikir-pikir lagi, kalau pun kita terus lanjut [program] dan ngeluarin duit, kita juga enggak tahu kapan ini berakhir dan ada hasilnya," ujar Meisa.

Di samping itu, jauh di lubuk hati terdalam, Meisa sadar bahwa dirinya mungkin belum yakin betul untuk mengambil komitmen itu. Salah satu contoh sepele adalah keduanya yang masih sering curi-curi kesempatan untuk merokok.

"Program hamil tuh harus komitmen, termasuk urusan biaya dan gaya hidup. Kalau enggak komitmen, ya, seperti kami jadinya," kata Meisa.

Kini, Meisa dan Agri memilih untuk hanya menggunakan sistem kalender kesuburan dan mengonsumsi vitamin yang diperlukan. Ujung-ujungnya, cara alami-lah yang dipilih.

Jika pun tak diberikan momongan, mereka siap. Jalan keluarnya apa, bisa nanti dipikirkan lagi.

"Kalau sekarang, sih, saya mikirnya, ah, ya udah, kita hidup ngerawat anabul-anabul (hewan peliharaan) di rumah aja. Mereka juga udah kita anggap anak," kata Meisa.

Alih-alih terus gigih berjuang untuk mendapatkan kabar dua garis biru, kini Meisa dan Agri memilih fokus untuk terus membangun kebahagiaan rumah tangga.

"Untuk hal ini, egois sedikit tak apa lah. Toh, yang menjalani juga kita. Ya, kita pacaran aja dulu terus sampai nanti mukjizat itu datang," ujar Meisa.

Keinginan punya momongan tak harus sampai mengorbankan kebahagiaan rumah tangga. Toh, masih banyak hal yang harus dijalani dan dipikirkan. Karena rumah tangga, bagi Meisa, tak cuma menyoal punya momongan.

(tst/asr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER