Rumah UMKM lokal Pendopo menggandeng dua desainer Didiet Maulana dan Iyonono untuk berkreasi dengan tenun ikat Sikka dari Nusa Tenggara Timur. Tenun ikat Sikka pun hadir dalam sebuah peragaan busana dengan identitas baru.
Di Kabupaten Sikka, NTT, tenun dibuat dengan cara tradisional. Perjalanan kapas jadi selembar kain terbilang panjang. Terlebih dahulu kapas dijemur hingga kering, baru dipisahkan dari biji kapas. Setelah itu serat kapas dihaluskan dan dipintal jadi benang. Benang-benang ini kemudian direntangkan lalu mulai diikat.
Hasil karya mama-mama di Kabupaten Sikka ini yang kemudian dipamerkan dalam sebuah peragaan busana di Pendopo, Living World Alam Sutera, Tangerang pada Rabu (23/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami juga mengajak desainer Musa Iyonono dan Didiet Maulana untuk ikut mengkreasikan kain tenun ini sehingga dapat mengikuti selera masa kini," kata direktur Pendopo Tasya Widya Krisnadi.
Total ada sebanyak 58 koleksi busana dipamerkan termasuk koleksi Senandung Sikka Lilit by Pendopo yang memamerkan ragam penggunaan tenun ikat Sikka tanpa dipotong dan Senandung Sikka Ready to Wear by Pendopo atau koleksi busana siap pakai dari tenun ikat Sikka.
Akan tetapi, presentasi dari jenama Ikat Indonesia oleh Didiet Maulana dan desainer Iyonono mampu mencuri perhatian siapa pun yang menyaksikan.
Sikka by Iyonono
Desainer muda Iyonono mengusung 18 look koleksi busana ready to wear bertajuk 'Sikka'. Ia mengolah perca tenun ikat jadi detail dan tekstur tampilan busana yang memikat.
Dia mengaku koleksinya mengambil filosofi benang merah di mana benang merah dari koleksinya kali ini adalah perempuan-perempuan di balik busana yang dikerjakan. Ia yang memberdayakan ibu-ibu di Cirebon dan Kuningan sehingga hasil kerja mereka 'dipertemukan' dengan karya tangan mama-mama di Kabupaten Sikka.
"Itu filosofi takdir. Saya menarik cerita dari kampung saya. [Di kampung saya] semua pekerjanya perempuan, di Sikka pun pekerjanya perempuan jadi saya tarik benang merahnya dari situ," jelas Iyonono saat ditemui usai peragaan busana.
Tenun ikat Sikka 'mewarnai' siluet busana seperti overall, celana, rok, atasan, luaran maupun gaun panjang. Iyonono menghadirkan busana dengan napas 'pemberontakan' di mana busana hadir dengan gaya 'rebel' semisal potongan dekonstruktif, kerah asimetris, detail berupa rantai mini pada busana wanita dan padu padan rok buat pria.
Buat Iyonono, busana tidak memiliki jenis kelamin sehingga tidak membatasi penggunanya untuk bermain padu padan. Perca tenun diolah jadi detail kerah, saku, ikat pinggang, juga garis luar busana.
Kemudian hampir semua busana menggunakan detail berupa bunga dari kain sehingga memberikan tekstur pada tampilan. Iyonono mengaku bunga-bunga ini jadi ciri khas desainnya.
"Saya lahir di daerah pegunungan sehingga saya mengambil tekstur alam [berupa bunga]," imbuhnya.