Faktanya, 75 persen lajang mencari pria yang menghargai dan mengamati isu sosial. Tak hanya itu, aktivisme dan hak pemilih menjadi dua minat yang meningkat pada profil pengguna Tinder di tahun ini.
Banyak anak muda lajang saat ini yang terinspirasi dari tren berkencan ala era 90an. Tinder juga terinspirasi dari tren berkencan di tahun 90an, yakni Blind Date, yang menjadi salah satu fitur Tinder.
Fitur ini menghubungkan para pengguna sebelum memperlihatkan profil mereka satu sama lain, dan telah digunakan sebanyak 200,000 kali rata-rata setiap harinya. Beberapa tahun belakangan memang menjadi masa-masa paling sulit, namun nampaknya para lajang berusaha mencari pasangan yang otentik lewat tren sebelum adanya smartphone.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hubungan toksik bukan sebuah hal yang baru. Banyak tips dan psikoanalisis di media sosial menunjukkan bahwa anak muda lajang sudah mulai mengetahui lebih banyak tentang segala yang baik (green flag) dan buruk (red flag) dalam berkencan.
Pasalnya, lebih dari setengah anak muda lajang yang disurvei mengatakan bahwa mereka yakin dapat mengidentifikasi green flag atau red flag saat berkencan.
Setelah pandemi pada dua tahun terakhir, para lajang kembali memiliki kesempatan untuk "menjelajahi" bagian dunia lainnya dengan pembatasan yang lebih longgar, atau tanpa pembatasan sama sekali.
Beberapa pengguna di Indonesia berusia 18-25 tahun rata-rata menggunakan fitur Tinder Passport, di mana pengguna dapat "jalan-jalan" secara virtual dengan pasangan ke negara lain, sebanyak 9 kali tiap bulannya ke beberapa destinasi internasional, seperti Singapura, Korea dan Malaysia.
Zodiak menjadi deskripsi paling populer yang ditambahkan pada profil pengguna di Tinder. Pasalnya, beberapa anak muda Indonesia percaya bahwa kecocokan zodiak merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan dari teman kencan mereka.
(del/chs)