
HARI AIDS SEDUNIA
Cabenuva, Obat HIV yang Hanya Perlu Dipakai Sebulan Sekali

Pengobatan penyakit HIV/AIDS terus dikembangkan. Termasuk di antaranya Cabenuva, yang telah mendapatkan izin edar dari Food and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat.
Obat ini diyakini bisa mengobati infeksi HIV. Namun demikian, belum semua negara setuju untuk menggunakan obat tersebut pada ODHIV (orang dengan HIV). Termasuk Indonesia, yang saat ini masih menggunakan antiretroviral (ARV) sebagai satu-satunya pengobatan untuk ODHIV.
Lantas, apa itu Cabenuva?
Cabenuva sebenarnya merupakan rejimen resep lengkap yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV-1. Obat ini bisa diberikan pada orang berusia 12 tahun ke atas.
Bukan hanya usia, pasien juga harus memiliki berat badan minimal 35 kilogram. Jika kurang dari itu, maka obat tersebut tidak boleh diberikan.
Melansir WebMD, obat ini diberikan melalui suntikan ke otot sesuai petunjuk dokter. Suntikan akan dilakukan sekali dalam sebulan atau dua bulan untuk menggantikan rejimen antiretroviral (ARV) yang harus diminum setiap hari.
Letak suntikan biasanya dilakukan di bagian bokong pasien. Sementara untuk dosis, semua didasarkan pada kondisi medis dan respons pasien terhadap pengobatan.
Namun, tidak semua ODHIV bisa menerima injeksi obat ini. Jika Anda sedang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti karbamazepin, okskarbazepin, fenobarbital dan sejenisnya disarankan untuk tidak menggunakan obat ini.
Efek Samping Cabenuva
![]() |
Sebagaimana obat kimia lainnya, Cabenuva juga memiliki efek samping tertentu. Mengutip situs resmi Cabenuva, sejumlah efek samping itu meliputi berikut.
1. Reaksi alergi
Pasien bisa mengalami alergi. Hal ini ditandai dengan ruam yang diikuti satu tanda atau gejala lain seperti demam, kelelahan, nyeri otot atau sendi, kesulitan bernapas, lecet atau luka di mulut, mata merah atau bengkak, pembengkakan mulut, wajah, bibir, atau lidah.
2. Masalah hati
Orang dengan riwayat virus hepatitis B/C atau yang memiliki masalah pada hati memiliki risiko perburukan saat melakukan pengobatan ini.
Namun, masalah ini juga bisa muncul pada orang yang tak memiliki gangguan di hati.
Efek samping satu ini umumnya ditandai dengan kulit atau mata yang menguning, warna urine gelap, feses berwarna terang, mual-muntah, kehilangan selera makan, dan nyeri di sisi kanan perut.
3. Depresi
Gejala seperti merasa sedih atau putus asa, cemas atau gelisah, hingga memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri bisa muncul selama pengobatan. Sebaiknya segera konsultasi dengan profesional saat hal ini muncul.
[Gambas:Video CNN]