Paes Ageng Yogya, Lambang Kebesaran Wanita di Kening Erina Gudono

CNN Indonesia
Sabtu, 10 Des 2022 14:16 WIB
Dalam prosesi akad nikahnya dengan Kaesang Pangarep, Erina Gudono tampil dengan konsep riasan paes ageng Yogya. Apa sebenarnya paes ageng Yogya?
Erina Gudono tampil ayu dengan riasan paes ageng Yogyakarta. (Arsip Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia --

Erina Gudono resmi dipersunting oleh putra bungsu Presiden Indonesia Joko Widodo, Kaesang Pangarep pada Sabtu (10/12).

Dalam akad nikah yang digelar di Pendopo Ambarrukmo, Sleman, DI Yogyakarta itu, Erina tampil dengan konsep riasan paes ageng khas Yogyakarta.

Ia mengenakan kebaya berwarna putih yang anggun dipadu dengan kain batik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sanggul kecil khas Yogyakarta pun terlihat di bagian kepalanya, tertutupi roncean bunga melati yang cantik. Semakin anggun Erina dengan riasan paes ageng khas Keraton Yogyakarta yang lancip berhiaskan prada emas yang mengelilinginya.

Paes ageng Yogyakarta merupakan salah satu penampilan mempelai wanita dalam adat Jawa. Selain paes ageng, ada beberapa konsep tata rias pengantin Jawa lainnya seperti Jogja putri, jangan menir, kanigaran, kasatriyan ageng, kasatriyan ageng selikuran, dan Jogja berkerudung tanpa paes.

Pada dasarnya, paes Jogja ini mengambil bentuk dasar dari paes ageng. Namun, dengan adanya sedikit perbedaan.

"Bentuk dan filosofinya semua sama," ujar Sumaryono dari Bidang Pendidikan DPD Himpunan Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Melati, Yogyakarta pada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Hanya saja, ada sedikit perbedaan dari bentuk paes atau guratan hitam di bagian pelipis mempelai wanita yang dibuat. Guratan paes pada adat Kasunanan Surakarta biasanya berbentuk lebih lebar. Sementara pada Kesultanan Yogyakarta, bentuk paes terlihat lebih lancip sebagaimana yang terlihat pada pelipis Erina.

Istilah yang digunakan untuk area paes paling besar yang terletak di tengah dahi pun berbeda. Pada paes Yogyakarta, area tersebut disebut dengan penunggul. Sementara pada paes Solo, area tersebut disebut sebagai gajahan.

Yono menjelaskan filosofi penunggul dan gajahan sebenarnya sama yakni melambangkan kebesaran. Gajahan diambil dari kata gajah yakni hewan yang besar dan kuat.

"Penunggul ini paling besar, lambang kebesaran bahwa perempuan itu dihormati, dijunjung tinggi dalam rumah tangga," katanya.

Akad Nikah Kaesang Pangarep dan Erina GudonoPasangan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono saat akan melakukan prosesi ijab kabul. (Arsip Istimewa)

Paes sendiri lebih dari sekadar pulasan penghias wajah mempelai wanita. Ada makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya.

Menurut Yono, paes pengantin sendiri diambil dari riasan para penari tarian klasik Mataram Lama, tari Bedhaya.

Mulanya adalah Paes Ageng, yang merupakan hadiah dari Susuhunan Paku Buwono II untuk putranya, Mangkubumi yang memenangkan peperangan melawan Belanda dan mempertahankan tanah Jawa.

Setelah Perjanjian Giyanti (1755), Kesultanan Mataram pecah dan terbagi menjadi Kasunanan Surakarta Hadiningkat serta Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Paes pun terus berevolusi. Dari yang semula hanya boleh digunakan oleh orang-orang di lingkungan keraton, kini siapa saja boleh menggunakan riasan paes asalkan sesuai pakem atau tidak mengubah tatanan yang ada.

Unsur-unsur dalam Paes Jogja

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER