Najwa Huwel dan Najwa Bahaswan duduk, menghimpun tenaga setelah dibuat kalang kabut di wahana horor bertajuk Dendam Hotel Palmerah. Wahana ini jadi wahana horor kedua yang mereka sambangi.
"Takut sih tapi seru juga. Tadi pas masuk langsung dikagetin sama hantu, langsung ngelakuin misi mindahin kursi roda," kata Najwa Huwel yang akrab disapa Najwa.
"Setannya pada ngejar kan! Jadinya makin seru juga," ujar Najwa Bahaswan yang biasa disapa Awa menimpali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski ketakutan sampai berlari-lari dikejar setan, keduanya mengaku ingin mencoba wahana horor lain jika ada. Menurut Najwa wahana horor tak hanya memberikan sensasi ketakutan tapi juga kesempatan untuk bersenang-senang dengan teman.
"Ketakutan bareng, itu seru aja. Ketawa-ketawa juga kan tadi, pakai acara narik-narik, dorong-dorongan," imbuhnya.
Kendati memicu rasa takut dan ngeri, wisata horor nyatanya tetap diminati. Fenomena seperti ini ternyata bisa dijelaskan dari kacamata psikologi.
Psikolog Mira Amir mengamati mereka yang menyambangi tempat wisata atau wahana berkonsep horor memang mencari sensasi. Wahana horor mampu menstimulasi hormon adrenalin dalam intensitas tertentu sehingga jantung bekerja lebih keras, produksi keringat banyak, indera lebih waspada dan napas lebih cepat.
![]() |
Dalam jumlah berlebihan, hormon satu ini efeknya memang tidak baik sebab bisa memicu kenaikan tekanan darah, sulit tidur hingga penyakit jantung.
Hanya saja, kenapa ya orang mau bolak-balik wahana horor atau rumah hantu?
Mira menggambarkan emosi layaknya gedung dengan beragam ruangan. Ada ruangan dengan emosi takut, bahagia, sedih dan emosi-emosi lain. Ada orang yang suka menonton film atau serial drama romantis yang alurnya menyayat hati dan bikin banjir air mata. Layaknya masuk gedung emosi, orang ini suka mengunjungi ruang dengan emosi sedih.