HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL

Mantan SPG Nugget Lolos Kuliah di Standford: Tak Ada Waktu Buat Nangis

Dela Naufalia | CNN Indonesia
Rabu, 08 Mar 2023 20:00 WIB
Irawati Puteri seorang mantan SPG nugget tak pernah menyangka bahwa dia bisa menembus beasiswa dan kuliah di Stanford University.
Irawati Puteri seorang mantan SPG nugget tak pernah menyangka bahwa dia bisa menembus beasiswa dan kuliah di Stanford University. (Arsip Irawati Puteri)
Jakarta, CNN Indonesia --

Di saat murid-murid yang duduk di bangku SMA sedang mempersiapkan diri untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke tahap selanjutnya, seorang perempuan bernama Irawati Puteri yang saat itu masih berusia 15 tahun justru berusaha untuk menghidupi ayah, ibu serta kedua adik laki-lakinya sebagai tulang punggung keluarga.

Irawati (25), seorang mantan sales promotion girl (SPG) salah satu produk chicken nugget beberapa waktu lalu sempat menginspirasi publik dengan prestasinya. Ia membagikan kebahagiaannya diterima untuk melanjutkan pendidikan S2 di Stanford University di AS melalui utas yang diunggahnya di akun Twitter miliknya.

Prestasi itu pun dicapainya dengan tidak mudah. Wanita yang akrab disapa Ira mengaku tumbuh dari keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi yang luar biasa. Di usia 15 tahun, ia sudah menjadi tulang punggung keluarga dan mencoba meringankan permasalahan ekonomi keluarganya dengan mencari nafkah dari berbagai profesi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebutuhan aku sebagai tulang punggung keluarga udah dimulai dari umur 15 tahun. Ya, memang aku cari kerjaan apa aja, Jadi SPG itu sangat berkesan buat aku karena itu mengingatkan aku dengan bagaimana aku rela melakukan pekerjaan apa aja saat itu," ujar Ira kepada CNNIndonesia.com, Kamis (2/3).

Semasa sekolah, Ira sudah melakoni banyak pekerjaan antara lain tutor, penerjemah Bahasa Inggris, jurnalis majalah sekolah, juri lomba, hingga SPG chicken nugget. Itu pun ia dilakukannya sembari mengikuti lomba debat tingkat SMA.

"Sejak usia dini, aku menyadari bahwa pendidikan adalah satu-satunya cara aku untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan menyusun kembali masa depan keluarga."

Ayah Ira yang menjadi yatim piatu sejak usia 9 tahun yang harus berhenti sekolah dan mulai mengurus dirinya sendiri. Sementara sang ibu harus berhenti sekolah di usia 16 tahun agar adik-adiknya bisa melanjutkan pendidikan.

Ira mengaku dibesarkan di lingkungan kumuh di Jakarta, tapi enggan merinci lokasi tepatnya. Ia dan keluarga terbiasa membagi porsi makanan menjadi 5. Namun Ira menerjang kesulitan tersebut dengan bekerja keras untuk unggul dalam studinya dan mempertahankan beasiswa yang mendukungnya di sekolah yang tidak mampu dibayarnya.

Sejak di bangku SD, Ira selalu dibantu keringanan keuangan dan beasiswa. Bahkan, Ira pernah melihat adiknya putus sekolah karena tak punya uang. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengajar les agar bisa mendapat uang.

Lihat Juga :

Tak Ada Waktu Menangis

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER