Kenapa Susah Sekali Memberikan Edukasi Seks pada Anak?
Absennya edukasi seks pada anak bisa jadi gerbang terjadinya pelecehan seksual. Sayangnya, edukasi seks masih dinomorduakan di Indonesia.
Pengamat sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati mengatakan bahwa edukasi seks tak bisa hanya dibebankan pada orang tua.
Orang tua di Indonesia, menurut Devie, tak punya kemampuan atau tak terbiasa untuk memberikan edukasi seks pada anak. Hal-hal yang terkait seksualitas, termasuk di antaranya pengenalan organ intim sebagai pengetahuan dasar, dinilai sebagai ranah privat.
"Orang tua para generasi Z adalah generasi X dan baby boomers. Mereka masih hidup di masa konservatisme," ujar Devie pada CNNIndonesia.com saat ditemui di Tendean, Jakarta, Selasa (14/3).
Menurut Devie, baik di negara-negara berbudaya timur maupun barat, kebanyakan orang generasi X dan baby boomers hidup dengan nilai-nilai yang melihat bahwa urusan seksual hanya menjadi urusan pribadi.
Selain itu, orang tua juga dinilai tak tahu bagaimana cara memberikan edukasi seks pada anak.
"Orang tua enggak tahu mengajarkan [edukasi seks pada] anaknya gimana, karena enggak ada modulnya," ujar Devie.
Devie juga mengatakan bahwa hingga saat ini masih banyak orang tua yang menganggap konteks edukasi seks sebagai cara mengajarkan anak untuk berhubungan seks.
Padahal, merujuk pada riset, lanjut Devie, anak yang sudah mendapatkan pengetahuan tentang seks yang baik akan lebih bisa menahan diri untuk tidak terjebak dalam aktivitas seks berisiko di kemudian hari.
Harus dijadikan kurikulum
Alih-alih mengharapkan orang tua dalam mendidik anak seputar hal-hal seksual, negara justru dinilai perlu turun tangan melalui kurikulum edukasi seks di sekolah.
Devie menilai, modul pendidikan seks yang diajarkan di sekolah menjadi cara untuk memutus mata rantai pelecehan seksual.
"Kalau [pendidikan seks diberikan] lewat sekolah resmi dari negara, maka orang yang di Papua [sampai] dengan yang di Sabang ilmunya sama, enggak beda-beda, karena pakai kurikulum," ucapnya lebih lanjut.
Dengan demikian, semua guru di seluruh Indonesia memiliki modul yang sama sebagai bahan pengajaran untuk anak sesuai dengan tahapan usianya.
Menurut Devie, mengharapkan orang tua untuk memberikan edukasi seks untuk anak adalah sesuatu yang salah.
"Generasinya [X dan baby boomers] tidak bisa disalahkan. Makanya, kalau di [negara] barat itu sudah masuk kurikulum," ucap Devie.