Bagi orang dewasa, masturbasi mungkin menjadi hal yang lumrah. Tapi, bagaimana dengan anak-anak yang melakukan masturbasi sejak dini?
Arus perkembangan teknologi yang tidak terbendung membuat anak lebih rentan terpapar konten pornografi. Cuplikan 'film biru', atau tayangan iklan berbau seksual bisa jadi ditemukan anak saat berselancar di Internet.
Bukan hal yang tak mungkin, anak jadi ingin melakukan hal berbau seksual, termasuk masturbasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Children see, children do. Kalau anak melihat sesuatu, dia cenderung ingin melakukannya, ini yang bahaya kalau dia melihat konten pornografi. Apa dia jadi ingin masturbasi? Bisa saja," kata psikolog anak Ratih Zulhaqqi, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (23/6).
Masturbasi sendiri sejatinya adalah berfantasi tentang hubungan seksual hingga mendapat kenikmatan atau pleasure.
Ketika menyadari bahwa masturbasi adalah hal yang menyenangkan, ditambah dengan fantasi tentang seks, anak bisa jadi adiktif atau ketagihan masturbasi.
Saat masturbasi, anak akan berfantasi tentang hal yang berbau seksual. Hal tersebut bisa membuatnya kesulitan berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, dan sulit memikirkan hal-hal lain di luar seksualitas.
"Konsentrasinya turun, dia jadi ingin terus nonton video porno, bahkan sampai hilang motivasi belajar," kata Ratih.
Aktivitas seksual pada anak juga bisa berdampak pada bagaimana anak memandang hubungan seksual di masa dewasa.
"Bagaimana anak memandang hubungan seksual itu lebih pada apa yang mereka tonton. Kalau impresinya menyenangkan, mereka akan menganggap hubungan seks menyenangkan, begitu juga sebaliknya," tutur Ratih.
![]() |
Ketika ia menganggap aktivitas seksual merupakan hal yang menyenangkan, maka ia akan ketagihan dan terus menerus ingin melakukannya. Video porno berperan pada cara pandang anak melihat hubungan seksual.
Namun, jika video porno menampilkan adegan seksual yang menampilkan kekerasan, maka pandangan anak terhadap hubungan seksual bisa ikut berubah.
Anak bisa jadi masturbasi dengan fantasi melakukan kekerasan. Tanpa disadari, anak mungkin akan berpandangan bahwa hubungan seksual memerlukan kekerasan.
Anak yang sudah terpapar dengan aktivitas seksual tersebut kemudian cenderung ingin melakukannya bersama teman atau adiknya. Ia mungkin akan mengenalkan pada lingkungan pertemanannya tentang aktivitas seksual, tak terkecuali masturbasi.
"Efek yang ini yang harus jadi perhatian orang tua kalau anaknya terpapar konten pornografi," kata Ratih.
Selain memengaruhi perkembangan otak dan emosi anak, masturbasi dini bisa membuat seorang anak menjadi hiperseksual.
Menurut Gardenia Junissa Siregar, psikolog di Primaya Hospital Jakarta, anak yang sering melakukan masturbasi akan punya keinginan lebih besar untuk terus melakukan aktivitas seksual.
"Anak yang terpapar aktivitas seksual sebelum usia normal, akan menjadi hipersexual atau punya keinginan melakukan aktivitas seksual secara berlebih dan mengganggu aspek psikologisnya," kata Gardenia.
Anak juga akan terus menerus gelisah ketika tidak bisa melakukan kegiatan seksual hingga mengganggu aspek fisiologisnya. Jika dibiarkan, anak yang terus masturbasi dini bisa mengganggu fungsi seksualnya saat dewasa nanti.
"Kepekaan titik rangsangnya akan melemah atau menguat, ini akan berdampak pada efek orgasme yang sangat cepat atau lama saat dewasa," katanya.