Bagaimana Caranya Keluar dari Jebakan Dating Violence?
Kekerasan dalam pacaran atau dating violence merupakan segala bentuk kekerasan fisik, verbal, maupun seksual.
Dampak buruk yang dirasakannya pun bukan cuma soal fisik tapi juga mental. Adapan pada kekerasan fisik, korban akan mengalami memar, patah tulang, dan bahkan cacat permanen. Dampak psikologis bisa seperti malu, bingung, cemas, merasa rendah diri, depresi, yang bisa dikhawatirkan menjurus ke perbuatan bunuh diri.
Meski menyakitkan, rupanya masih banyak orang yang memilih untuk bertahan dalam hubungan toksik karena dating violence ini dengan berbagai alasan.
Menurut psikolog klinis Tara Adhisty, korban kekerasan dalam pacaran akan merasa rendah diri dan tidak memiliki nilai untuk menjalin hubungan baru dengan pasangan yang lebih baik.
Lihat Juga :SECRET AT NEWSROOM Gara-gara Hubungan Toksik, Gloria Jessica Sempat Alami Trauma |
Tak hanya itu, korban juga berpikir akan hancur jika keluar dari hubungan yang tidak sehat dan sering kali mendapat ancaman yang membuatnya takut untuk pergi.
Lantas, bagaimana cara keluar dari rantai toksik dating violence ini?
1.Speak up
Jika Anda ingin keluar dari kekerasan dalam pacaran, cobalah mulai menceritakan kejadian yang pernah dialami dengan orang terdekat atau bahkan dengan profesional.
"Kalau tidakspeak up, tidak ada orang yang bisa membantu kita. Ibarat dating violence itu kita masuk ke dalam lubang. Kita butuh tangan untuk membantu kita karena kita enggak berdaya. Jadi memanjat sendiri,kan, enggak mungkin," ucap Tara dalam acara jumpa pers di Sarinah, Jakarta Pusat, Jumat (17/3).
"Jadi enggak perlu merasa takut, tidak perlu merasa malu," lanjutnya.
Lihat Juga :SECRET AT NEWSROOM Bagaimana Cara Sembuh dari Trauma Toxic Relationship? |
2. Dengarkan insting
Menurut Tara, korban kekerasan dalam pacaran sering kali tidak mendengarkan apa kata insting dari pikiran sendiri dan malah melakukan sesuatu yang membuat diri sendiri tidak nyaman.
"Dengarkan insting kita karena sering kali hati kita tahu apa yang kita mau, hati kita enggak nyaman, tapi pikiran kita pun memanipulasi kita sendiri. Akhirnya kita jadi enggan dengerin insting kita," tutur Tara.
Lihat Juga :SECRET AT NEWSROOM Tak Selalu Indah, Kapan Sebuah Hubungan Disebut Toksik? |
3. Buat diri bernilai dan berdaya
Kata Tara, perempuan perlu menjaga kepercayaan dirinya, karena dengan begitu mereka akan bisa mengapresiasi dan melihat value diri mereka.
"Saat seorang perempuan bisa menghargai diri sendiri, maka mereka akan bisa take a stand terhadap bentuk kekerasan apa pun dari pasangannya, dan menolak untuk merendahkan value diri mereka demi orang lain," lanjutnya.
(del/chs)