LAPORAN DARI AMAZON

Bisakah Ekowisata Menyelamatkan Hutan Tropis Dunia?

Dewi Safitri | CNN Indonesia
Sabtu, 01 Apr 2023 12:31 WIB
Ekowisata yang kini menjadi primadona di Brasil, dianggap sebagai salah satu cara menyelamatkan wilayah dengan jumlah satwa liar terbesar di dunia itu.
Industri ekowisata dunia --salah satunya di Hutan Amazon, Brasil-- diperkirakan bernilai Rp2.840 triliun pada tahun 2021. (FOTO: Michael Dantas / United Nations Foundation)

Tetapi populasi wisatawan ini tidak besar karena perjalanan melihat burung atau flora-fauna Amazonia tidak murah.

Jika menghitung tiket penerbangan sampai Kota Manaus yang sering dijadikan sebagai pelabuhan terdekat ke arah sungai-sungai Amazonia, sewa kapal, pemandu, BBM, makan-minum, asuransi, kocek yang dirogoh bisa mencapai US$10 ribu (sekitar Rp140 juta) untuk sepasang turis.

"Memang tipe turisnya beda," kata Moacir Mendes alias Mo, pemilik tujuh armada kapal pesiar yang melayani rute keliling Amazonia hingga perbatasan Brazil dengan Peru, Bolivia, Suriname dan sekitarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengguna jasa kami adalah kelompok ekspedisi. Untuk penelitian, edukasi, antropologi. Umumnya dari institut atau universitas. Kapasitas maksimumnya 24 orang (per kapal)," kata Moacir.

Mereka harus mendaftar jauh hari supaya bisa dilayani Amazonia Limited, perusahaan pelayaran milik Mo. Jadwalnya bahkan sudah terisi sampai tahun 2024.

"Ini bukan jenis wisatawan yang menuntut layanan hotel berbintang. Mereka cuma peduli pada satwa liar, titik. Makan-minum dilayani di kapal. Kalau mau menginap di darat biasanya tinggal di rumah penduduk yang sederhana, seadanya, karena yang dicari memang eksperiens otentik Amazonia," tambahnya.

Dalam setahun Mo mengangkut sekitar 300 wisatawan semacam ini, hampir seluruhnya warga asing.

Armada kapal Mo menjemput wisatawan di pelabuhan kemudian berlayar menempuh rute yang sudah dipilih. Untuk perjalanan sepanjang dua pekan misalnya, pelayaran bisa sampai perbatasan Bolivia, Suriname atau Peru. Kapal bisa berhenti di mana saja dan menawarkan kegiatan menarik sepanjang rute.

Kapal Dorinha, salah satu armada milik Moacir Mendes alias Mo, yang beroperasi di hutan Amazon, Brasil.Kapal Dorinha, salah satu armada milik Moacir Mendes alias Mo, yang beroperasi di hutan Amazon, Brasil. (CNN Indonesia/Dewi Safitri)

Pembalak insyaf

Menurut laporan ekowisata Global Million Insights, pada tahun 2021 nilai industri ini di dunia mencapai US$190 miliar (Rp2.840 triliun). Pasar terbesarnya ada di Asia Pasifik disusul oleh Amerika Utara dan kemudian Timteng beserta Afrika.

Hingga 2018 diperkirakan industri ini akan tumbuh lebih dari 10% per tahun menjadi US$385 miliar (Rp5.755 triliun).

Roberto Brito de Mendoza adalah generasi ketiga pembalak hutan di sepanjang Igarape Tumbira, salah satu anak Sungai Rio Negro sekitar 70 km Kota Manaus. Kakek dan ayahnya adalah penebang hutan. Pada umur 10 tahun, Mendoza sudah memanggul gergaji.

"Kakek saya menggunakan gergaji manual, seminggu dapat 3-4 batang pohon. Dijual ke pengumpul log digergaji diangkut ke kota," kenangnya.

Semua laki-laki dalam keluarganya jadi penebang kayu. Dengan gergaji mesin, sehari bisa memotong 3-4 pohon.

"Tapi hidup kami sama seperti jaman orangtua. Miskin, kerja untuk cari makan hari ini saja," tambahnya.

Saat pemerintah dan beberapa pelaku industri --seperti jaringan Bank Bradesco dan Coca Cola-- saweran untuk investasi komunitas ekowisata tahun 2010, Mendoza memutuskan ikut.

Sesuai rembug warga komunitas pembalak hutan, dana investasi dipakai sebagai modal membangun pondok penginapan, sekolah, dok sederhana untuk sandar perahu, sekolah, rumah guru, jaringan internet, jaringan air bersih, jamban dan bahkan gereja.

Pemerintah memberi uang tunai saban bulan sebagai ganti penghasilan dari menebang hutan, semacam mekanisme BLT di Indonesia. Mata pencarian warga sekarang dialihkan pada melayani turis yang menginap, bercocok tanam untuk kebutuhan sendiri dan dijual jika berlebih, serta mengerjakan kerajinan tangan.

Kebijakan pemerintahan Presiden Brazil Lula Inacio Da Silva saat itu membawa hasil mencengangkan: pembalakan hutan berhasil ditahan sampai 80% - prestasi terbaik yang pernah dicapai Brasil.

Bukan Kapitalistik Biasa

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER