LAPORAN DARI AMAZON

Bisakah Ekowisata Menyelamatkan Hutan Tropis Dunia?

Dewi Safitri | CNN Indonesia
Sabtu, 01 Apr 2023 12:31 WIB
Industri ekowisata dunia --salah satunya di Hutan Amazon, Brasil-- diperkirakan bernilai Rp2.840 triliun pada tahun 2021. (FOTO: Michael Dantas / United Nations Foundation)
Manaus, Brasil, CNN Indonesia --

Sejauh mata memandang, hanya tampak warna hijau dan gradasinya. Dilihat dari ketinggian menara setinggi 40 meter, dataran hutan Amazon tertutup rapat oleh vegetasi endemik hutan tropis.

Suara satwa sahut-menyahut. Kalau mau mengamati dan sabar, dalam 10 menit kita bisa menyaksikan puluhan jenis burung sibuk beterbangan dari satu gerumbul pohon ke pucuk ranting lain.

"Anda tidak bisa menemukan (suasana) ini di sembarang hutan, sebagian besar (burung) adalah endemik. Sampai saat ini kita belum tahu persis, ada berapa banyak spesies burung di Amazon, tetapi perkiraannya sekitar 3000-an," kata ahli burung dan ilmuwan di Institut Riset Nasional Amazon, Brazil, Mario Cohn-Haft.

"Yang sudah diidentifikasi baru kurang dari setengahnya," 

Maraknya pembalakan hutan untuk kayu, berubahnya hutan menjadi padang rumput untuk peternakan, pertanian jagung dan kedelai serta pertambangan, membuat Cohn-Haft gusar.

Seperti sejumlah ilmuwan lain yang menduga posisi titik balik (tipping point) Amazon sudah terjadi, ia khawatir kekayaan hayati Amazon termasuk ribuan spesies burung ini akan musnah sebelum sempat diteliti manusia.

Pengalaman alam liar

Amazonia, wilayah yang meliputi seluruh aliran Sungai Amazon termasuk hutan tropis, perairan, rawa, dan seluruh ekosistemnya, adalah bagian dunia yang memiliki jumlah spesies satwa liar terbesar di dunia. Spesies tanamannya saja diperkirakan mencapai 50 ribu jenis.

Ditambah ribuan spesies burung, serangga, reptil, ikan dan seterusnya, Amazon menjadi surga bagi penikmat turisme lingkungan (ekowisata).

Menurut The International Ecotourism Society (TIES) ekowisata adalah "perjalanan yang bertanggung jawab ke lokasi alami dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat".

Demi berburu burung, birdwatcher menempuh perjalanan mengelilingi dunia dengan biaya puluhan ribu dollar. (Michael Dantas / United Nations Foundation)

Pemandu wisata Priscilla Diniz menilai model bisnis ekowisata adalah pilihan terbaik untuk eksploitasi alam liar karena sekaligus berfungsi sebagai konservasi. Beberapa tahun terakhir arus turis alam liar ke Brazil untuk mengamati burung mengalir lancar.

Sebagai ahli burung (ornithologist) Diniz biasa dikontak biro wisatawan untuk mendampingi pengamat burung (bird watcher) dari Amerika Serikat, Eropa dan Jepang.

Mereka menyewa pemandu rata-rata satu sampai dua pekan menyusur Amazon melihat ratusan burung dalam habitat aslinya - yang tidak dapat dijumpai di lokasi lain manapun di dunia.

"Pengamat burung adalah kelompok dengan daya beli sangat baik. Mereka bersedia membelanjakan uang uang untuk menghidupkan ekonomi lokal. Tidak rewel soal fasilitas, cuma butuh tempat tidur, mandi, makanan. Target utamanya adalah pengalaman melihat burung. Kenapa bukan industri semacam ini yang dikedepankan?" ujar Diniz dalam Bahasa Inggris bercampur Porto.

Pembalak Insyaf


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :