Idealnya, ayah adalah sosok yang berperan besar sebagai support system ibu. Apa sih yang bisa dilakukan ayah dalam rangka mendukung kesehatan mental ibu di masa postparum atau setelah melahirkan?
Kontribusi orang-orang di sekitar ibu, terutama ayah, sangat diperlukan demi menjaga kesehatan mental ibu. Hanya saja, founder Halo Ibu Ashtra Dymach melihat kesadaran ayah akan kesehatan mental ibu masih kurang.
"Ayah di kota besar kesadarannya lebih baik, tapi [jumlahnya] enggak setengahnya dari masyarakat modern. Masih sangat jarang, lebih banyak yang enggak tahu," kata perempuan yang akrab disapa Sasa ini saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Kamis (5/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebanyakan ayah tidak sadar soal masalah kesehatan mental ibu setelah melahirkan. Baby blues, misalnya, masih dianggap sama dengan depresi postpartum (PPD).
Padahal, pada level PPD, seorang ibu seyogianya sudah memerlukan bantuan profesional. Namun yang ada justru si ibu dianggap tega menyakiti si kecil.
Sasa menyebut, ayah perlu menyadari bahwa kesehatan mental ibu usai persalinan penting untuk diperhatikan. Pasalnya, ibu yang sehat fisik dan mental bisa membantu pertumbuhan anak yang juga sehat. Happy mom, happy child!
Tentu ayah ingin memiliki anak yang tumbuh sehat dan cerdas. Hal ini bisa dicapai jika ibu dalam kondisi sehat mental dan bahagia. Dalam kondisi bahagia, ibu bisa membawa ketenangan buat anak yang rewel dan memberikan asupan nutrisi yang baik lewat kelancaran ASI.
"Ya, kalau ingin gitu [anak tumbuh sehat dan cerdas], ya, disayangi istrinya, didukung. Kan, ASI-nya keluar lebih baik, pemulihan jahitan lebih cepat. Pasti dia akan lebih bahagia. Happy mom, happy child, suasana rumah jauh lebih tenang," jelasnya.
Selain itu, Anda juga perlu ingat bahwa sosok ayah juga memiliki risiko yang sama. Ayah juga bisa mengalami depresi postpartum.
Sasa mengatakan, kebutuhan selama kehamilan, persalinan istri, ditambah kebutuhan-kebutuhan finansial lain kerap bikin kepala seorang ayah ruwet.
![]() |
Masih banyak ayah yang berpikir bahwa dukungan untuk istri harus berupa sesuatu yang besar. Padahal, tidak juga. Hal-hal sederhana pada dasarnya sudah bisa bikin ibu bahagia.
Selama masa kehamilan, ayah bisa memberikan ibu pijatan, mengedukasi diri bersama pasangan dengan kelas-kelas tentang kehamilan dan persalinan, serta mengajak bicara bayi dalam kandungan ibu.
Kemudian saat bayi sudah lahir, ayah bisa menginisiasi kangaroo care, yakni proses sentuhan skin-to-skin ayah dan bayi. Bayi merasakan kehangatan langsung tubuh seorang ayah, membentuk ikatan sekaligus meredam kecemasan ayah.
Dengan cara ini pula, ayah bisa membantu meringankan beban ibu dalam mengurus bayi yang rewel.
Tanyakan juga hal-hal sederhana tentang kondisi istri. Pertanyaan-pertanyaan simpel ini tanpa disadari membuat istri merasa diperhatikan.
"Tanyain istri, 'Apa kabar sayang?'. Itu kayak simpel banget. 'Kamu tadi malam tidurnya enak enggak? Pasti enggak nyaman ya. Gimana caranya aku bantuin kamu?'," kata Sasa memberikan contoh.
Ayah bisa menjadi pendengar saat ibu mengungkapkan apa yang dia rasakan. Jika ibu marah-marah, maka coba perhatikan penyebabnya. Terkadang, hal ini jadi sinyal bahwa ibu butuh lebih disayang.
Wajar saja, karena pada umumnya, setelah melahirkan fokus perhatian perhatian tersedot pada bayi. Dalam kondisi ini, ibu kerap merasa diabaikan.
Kondisi lebih buruk kadang dialami ibu baru di mana ia harus mendengarkan orang-orang sekitar yang mencoba mengatur hidupnya.
"Jangan cuma bayinya yang disayang, tapi ibunya juga," imbuh Ashtra.
(els/asr)