Tukang Gemblong Puncak: di Mana Ada Macet, di Situ Ada Saya

mab | CNN Indonesia
Senin, 24 Apr 2023 16:55 WIB
Pernah perhatikan banyaknya tukang gemblong puncak saat kemacetan melanda di simpang gadog? Ini kisah penjaja gemblong Puncak.
Pernah perhatikan banyaknya tukang gemblong puncak saat kemacetan melanda di simpang gadog? Ini kisah penjaja gemblong Puncak. ( Pixabay/suryo)
Jakarta, CNN Indonesia --

Surut sudah harapan warga yang tak mudik untuk bisa segera lepas dari suhu panas di Indonesia, khususnya warga Jakarta, dengan weekend gateaway ke Puncak. Dan mungkin menikmati gemblong puncak?

Antrean mobil yang berhenti dan berbaris rapih ke arah Puncak, Bogor menyambut wisatawan asal Jakarta pada Minggu (23/4) pagi.

Mereka hendak menghabiskan waktu libur Lebarannya dengan menghirup udara segar nan alami di dataran tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alih-alih menghirup udara sejuk, mereka malah harus menghirup udara air conditioner sambil menahan pegal akibat harus mengendarai kendaraannya di tengah kemacetan yang tak kunjung terurai.

Awalnya, Polisi telah berupaya agar kemacetan tidak terjadi dengan menerapkan skema ganjil-genap. Namun apa daya, volume kendaraan terus membludak dan kemacetan pun tak terhindarkan.

Hingga pada akhirnya Satlantas Polres Bogor mengeluarkan jurus pamungkas untuk mengurai kemacetan dengan memberlakukan rekayasa lalu lintas satu arah.

"Sebelumnya pukul 06.00 WIB kita sudah melakukan pemeriksaan ganjil-genap namun karena intensitas kendaraan yang masuk cukup tinggi sebelum terlambat tadi kita langsung memulai proses arah atas," kata Kasat Lantas Polres Bogor AKP Dicky Anggi Pranata kepada CNNIndonesia.com di Pos Polisi Gadog, Minggu (23/4) pagi.

Kendaraan mulai bergerak walau pelan dan tersendat.

Laris Manis Kudapan Manis Gemblong Kala Kemacetan Libur Lebaran di PuncakFoto: CNN Indonesia/ Arief Bimaputra
Laris Manis Kudapan Manis Gemblong Kala Kemacetan Libur Lebaran di Puncak

Mereka yang Tersenyum Lihat Kemacetan

Di tengah para wisatawan yang masih harus menunda liburannya sedikit lebih lama, ada beberapa orang dengan senyum terkembang melihat kemacetan. Para penjaja gemblong Puncak mulai beraksi menghampiri mobil-mobil yang tak berdaya untuk melaju. 

Suara nyaring, 'Gemblong, gemblong, anget,' langsung memecah fokus pengendara dan memaksa mereka mengalihkan pandangan kepada kue oval yang terbuat dari tepung beras ketan dan dilapisi gula merah cair yang membuat kulitnya jadi renyah namun lembut bak mochi di dalamnya. Apalagi jika dimakan hangat, bagian dalamnya yang berwarna putih akan mulur dan kenyal. 

Tak dimungkiri, cukup sulit menemukan gemblong di pasar atau di toko kue. Camilan manis ini justru kerap ditemukan dijajakan disepanjang simpang Gadog Puncak lengkap dengan wadah biru besar, salah satu yang ikonik adalah Gemblong Bu Juju.

Jauh sebelum populer jadi jajanan simpang Gadog atau gemblog Puncak, gemblogs udah dikenal sejak dulu bahkan ada di dalam Serat Centhini, eksiklopedia budaya Jawa pada XIX. Kitab ini menyebut-nyebut adanya penganan ini.

Salah satunya ketika Ni Turida, isteri Jayengwesthi, menyiapkan hidangan pagi bagi Seh Amongraga. Antara lain disebutkan minuman teh dan kopi, yang disertai aneka rupa makanan seperti lempeng merah, juwadah, jenang, puthu mayang, serabi, ledre isèn, carabikang merah dan putih, lemper,semar tinandhu, pisang bakar, gemblong,ikan bakar, dan dendeng gepuk yang dijepit (pupuh 352:68-70).

Tak cuma itu, hidangan yang mirip, yang disertai pula dengan kue gemblong dan puthu, juga diceritakan pada bagian lain kitab Centhini (yakni pada pupuh 355:96-97) tatkala Nyai Sumbaling dan Centhini menyuguhkan kudapan kepada tamu-tamunya setelah selesai shalat Subuh.

Hendar (31) adalah salah satu pedagang gemblong Puncak yang selalu menjajakan dagangannya di tengah kemacetan arah Puncak.

Tak dimungkiri, gemblong memang jadi salah satu penganan khas dan identik kala melintasi Puncak. 

Bagi Hendar, titik kemacetan selama liburan adalah pertanda baik karena keuntungannya akan meroket.

"Kalo hari-hari biasa misalnya habisnya 200 biji. Ini kalo liburan kayak gini bisa sampai 500 kadang 400 biji," kata Hendar.

Begitu pula bagi Azis (27). Kemacetan akibat liburan selalu menjadi momen yang dinantikan untuk meraup keuntungan.

"Pernah habis sampe 700 biji, dari yang biasanya cuman 200 biji," kata Azis.

Tukar informasi Sesama Penjaja Gemblong

Titik kemacetan yang selalu berubah-ubah pun tidak jadi masalah. Ia akan selalu bisa menemukan lokasi penjualan selanjutnya dengan bertukar informasi bersama penjual gemblong lainnya atau melihat di maps.

"Pake maps kalo ada keliatan tanda merah gitu macet, pindah. kadang-kadang dikasih tau sama temen gitu ada macet disini ya nyusul kesana," ujar Hendar.

"Di mana ada macet. di situ ada saya," ujar Azis sambil tertawa.

Buat Hendar dan Azis, banyaknya saingan sesama penjaja gemblong bukanlah masalah. Toh rezeki tak akan kemana. Hanya ada satu yang bisa membuat mereka berhenti jualan gemblong Puncak saat macet. Namun itu bukan suhu panas di Indonesia melainkan hujan. 

(chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER