Tebing Indah dan Pantai Elok Lampuuk yang Merawat Luka-luka Tsunami
Kawasan Lampuuk di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, menjadi daerah terparah yang dihantam tsunami 2004 silam, semua rata dengan tanah kala itu. Belasan tahun berlalu, kini wilayah ini menjelma jadi lokasi wisata bahari yang ramai dikunjungi wisatawan.
Sejak dulu Lampuuk memang dikenal akan keindahan pantainya yang indah. Kombinasi bibir pantai melengkung, gemuruh ombak dan pasir putih seakan menjerat pengunjung untuk bisa berlama-lama di pantai itu.
Di Kawasan Lampuuk terdapat beberapa spot pantai yang memiliki keunikan masing-masing. Dan sebelum menuju pantai, saya memulai perjalanan dengan berkunjung ke Masjid Rahmatullah yang masih berdiri kokoh hingga kini, meski tsunami 2004 menghancurkan bangunan yang ada di sekelilingnya.
Saya memulai perjalanan dari Pusat Kota Banda Aceh menuju kawasan Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar yang memiliki jarak sekitar 15 kilometer atau sekitar 1 jam perjalanan menggunakan sepeda motor.
Setiba memasuki kawasan itu, tampak gapura yang terbentang di atas jalan yang bertuliskan 'Perkampungan Bulan Sabit Merah Turki-Lampuuk'. Bukan berarti kawasan itu dihuni oleh warga Turki.
Dulunya, Pemerintah Turki membangun rumah bagi warga yang kehilangan tempat tinggal di wilayah itu akibat tsunami. Sangat mudah untuk mengenali rumah bantuan Turki itu, ada tanda bendera bulan sabit yang tertempel di atas dinding rumah.
Meskipun warga di sana sudah merombak ulang rumah bantuan itu, tetap lambang bulan sabit masih tertempel di atasnya. "Kami hanya menghargai pemberian mereka," kata Maidah, warga setempat kepada CNNIndonesia.com, Kamis (13/4).
Cerita dari Masjid Rahmatullah
Tak jauh dari gapura, Saya singgah di Masjid Rahmatullah. Masjid itu masih mempertahankan desain lama. Hanya beberapa saja yang telah dipugar seperti halaman dan penambahan dinding kaca di sekeliling pintu masuk masjid.
Kemudian ada museum kecil berukuran sekitar 4X10 meter di samping kanan halaman masjid yang berisi foto-foto masjid usai tsunami meratakan pemukiman di sana. Foto-foto yang terpajang juga berisi masjid sebelum dihantam tsunami.
Setiap warga dan wisatawan bebas masuk ke sana, museum ini dijaga oleh pengurus masjid. Pengunjung tak dibebankan biaya untuk masuk, hanya di meja pintu masuk terdapat celengan yang bisa disumbangkan seikhlasnya.
Berdasarkan data Pemerintah Aceh, sekitar 6.000 jiwa yang tinggal di wilayah tersebut, hanya sekitar 700 orang yang selamat dari gempa dan tsunami 2004 silam. Rata-rata mereka menyelamatkan diri dengan cara masuk ke masjid.
Ajaibnya meski seluruh bangunan dan pohon rata dengan tanah, masjid yang berdiri pada 1997 ini masih kokoh berdiri. Padahal jaraknya hanya 500 meter dari bibir pantai.
Dua tahun berselang, tepatnya 2006, Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Ali Sahin saat itu berkunjung ke Lampuuk untuk meresmikan sejumlah fasilitas yang dibangun Bulan Sabit Merah Turki, salah satunya renovasi Masjid Rahmatullah dan rumah hunian untuk warga.
Kini Masjid Rahmatullah tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tapi juga lokasi wisata. Untuk menunjukkan dahsyatnya tsunami, pengurus masjid mempertahankan bentuk asli sisi bagian kiri belakang masjid yang rusak.
Meski sudah direnovasi, ada dinding masjid yang retak dengan tiang besi di dalamnya dibiarkan menggantung. Sejumlah pilar masjid masih terlihat miring hampir ambruk. Namun, kerusakan itu sudah dipagar oleh pengurus masjid. Kerusakan itu seolah menyampaikan bahwa dahsyatnya kekuatan guncangan gempa dan tsunami kala itu.
Di dalamnya ada pula satu tiang masjid yang dibiarkan roboh. Bongkahan batu karang dan batu-batu koral dibiarkan berserakan di atas pasir. Yang menandakan bahwa masjid itu selamat dari tsunami.
Di bawah tiang yang rusak, sebuah papan bertulis "JANGAN LUPAKAN TSUNAMI" berdiri tegak. Pengurus juga telah mendirikan galeri khusus yang menunjukkan kondisi masjid dan wilayah sekitarnya usai dihantam tsunami. Biasanya, wisatawan yang berkunjung diajak ke dalam masjid untuk diberikan edukasi terkait mitigasi bencana.
Terpukau Pantai Momong
Sekitar 2 kilometer dari Masjid Rahmatullah, saya melirik Pantai Momong yang juga termasuk dalam wilayah Lampuuk. Untuk menuju ke sana, saya harus melewati jalan bebatuan bercampur tanah sekitar 800 meter untuk bisa sampai ke lokasi.
Di sepanjang jalan ada beberapa resort yang dibangun oleh warga setempat. Namun, Eky Momong resort menjadi yang pertama kali dibuka di kawasan itu sekitar 2018 lalu. Biaya retribusi masuk ke wilayah ini hanya Rp 5 ribu saja, itu juga termasuk dengan biaya parkir kendaraan.
Pantai ini begitu indah karena lanskapnya yang dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi. Karena keunikan itulah, Pantai ini jarang diketahui karena tersembunyi dibalik bukit, Pantai ini menghadap ke Samudera Hindia, kemudian pemandangan sebelah kiri terdapat hamparan pasir putih di Pantai Tebing Lampuuk yang hanya dibatasi oleh tebing.
Keindahan kawasan Lampuuk seakan menyembuhkan luka masyarakat dari tragedi tsunami pada 2004. Pantai Momong kini bisa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin menikmati semilir angin pantai dalam sepi. Untuk penamaan momong sendiri itu diberikan oleh warga sekitar.
Momong berasal dari kata mon atau sumur dalam bahasa Aceh. Sebab, dulu banyak galian seperti sumur di lokasi itu. Seiring berjalan waktu kemudian masyarakat menyebutnya momong. Hanya saja galian sumur itu hanya beberapa saja yang terlihat hingga kini.
Saat tiba di lokasi, saya disuguhkan pemandangan Samudera Hindia sejauh mata memandang. Karena café ini berada di tebing, untuk reservasi makanan ataupun lainnya berada di atas, sementara tempat duduk berada di bawah, kita harus melewati anak tangga yang terbuat dari pecahan batu yang sudah di semen agar bisa sampai ke tempat di mana kita untuk memilih duduk.
Banyak pilihan tempat yang bisa dipilih. Sebagian ada menyerupai rumah yang berada di atas air laut dengan jembatan sepanjang 20 meter untuk ke sana. Tempat ini biasanya digunakan bagi pengunjung yang datang dalam jumlah banyak.
Ini menjadi tempat yang cocok untuk berswafoto dengan latar belakang perbukitan ataupun laut. Apalagi dengan semilir angin yang berhembus dari Samudra Hindia membuat lelah hilang seketika.
Apalagi Eky Momong menyediakan lokasi untuk berenang bagi anak-anak yang dibatasi oleh bebatuan agar ombak yang datang tidak langsung ke bibir pantai. Kedalaman kolam itu hanya 1 meter, dan cukup aman bagi anak. Jika sore tiba, lokasi ini cukup baik untuk melihat matahari tenggelam.