Stres dapat mendatangkan malapetaka pada tubuh, termasuk juga pada sistem pernapasan.
Pernapasan mendalam dan diafragma dapat membantu meningkatkan kapasitas paru-paru, terutama setelah pulih dari infeksi saluran pernapasan seperti Covid-19 atau kondisi yang lebih kronis.
Kurang tidur terbukti dapat berdampak negatif pada sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan. Dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh, seseorang menjadi lebih rentan terhadap infeksi di saluran pernapasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menukil Healthline, paparan polutan di udara dapat merusak paru-paru dan mempercepat penuaan.
Saat masih muda dan kuat, paru-paru dapat dengan mudah melawan racun-racun ini. Namun seiring bertambahnya usia, paru-paru akan kehilangan sebagian daya tahan dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Beberapa cara untuk menghindari polutan di udara adalah:
- menghindari perokok pasif,
- mencoba untuk tidak keluar rumah pada saat puncak polusi udara,
- menghindari berolahraga di dekat lalu lintas yang padat,
- meminimalkan paparan polutan di udara di tempat kerja, seperti di bidang konstruksi, pertambangan, dan pengelolaan limbah.
Anda mungkin sudah tahu bahwa merokok meningkatkan risiko kanker paru-paru. Namun, itu bukan satu-satunya penyakit yang dapat dipicunya.
Merokok dikaitkan dengan sebagian besar penyakit paru-paru, termasuk PPOK, fibrosis paru idiopatik, dan asma.
Merokok juga membuat penyakit-penyakit tersebut menjadi lebih parah. Sebagai contoh, mereka yang merokok memiliki kemungkinan 12 hingga 13 kali lebih besar untuk meninggal akibat PPOK dibandingkan mereka yang tidak merokok.
Demikian beberapa kebiasaan yang menjaga paru-paru tetap sehat.
(del/asr/bac)