LANCONG SEMALAM

Melintasi Lorong Waktu, Mengintip Medan di Masa Lalu

CNN Indonesia
Kamis, 06 Jul 2023 17:00 WIB
Masjid Raya Medan atau Masjid Al-Mashun di Medan, Sumatera Utara. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari)
Jakarta, CNN Indonesia --

Cuma punya waktu sehari di Medan? Tak masalah! Cukup melintasi 'lorong waktu', kamu bisa semakin dekat dengan Medan, budaya dan kebiasaan warga lokal.

Kehadiran Bandara Kualanamu dan kereta api bandara memang bertujuan menjamu pelancong dengan kemudahan. Pembangunan di sana-sini menunjukkan kota ini ingin berkembang, lebih modern. Namun bukan berarti Medan serta merta meninggalkan sejarah dan budaya lama yang telah mengakar kuat.

CNNIndonesia.com ingin mengajak Anda melintasi 'lorong waktu', mengintip Medan dari sisi yang berbeda dalam waktu kurang dari sehari. Siap?

Sarapan ala warga lokal

Apa sih yang terpenting dari sebuah perjalanan? Benar, sarapan. Pilihan sarapan di Medan sebenarnya beragam. Mau sarapan yang agak 'berat'? Ada soto atau lontong. Namun untuk sarapan ringan tapi bikin segar, cukup nikmati kopi dan roti bakar.

Biasanya wisatawan akan menyerbu Kopi Apek, sebuah kedai kopi legendaris Medan. Namun, ada pilihan lain yang saya rekomendasikan yakni Kedai Kopi Sidempuan. Disebut Kedai Kopi Sidempuan sebab berada di Jalan Padang Sidempuan, dekat Jalan Cirebon, Medan.

Kedai memang tidak menawarkan suasana Medan tempo dulu seperti Kopi Apek, tapi kedai ini termasuk kedai legendaris sebab berdiri sejak 1936. Pun menikmati sarapan di sini rasanya menyenangkan.

Salah satu cara untuk menikmati Medan ala warga lokal adalah menikmati kopi susu di Kedai Kopi Sidempuan. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari)

Menyeruput kopi akan ditemani celoteh bapak-bapak dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia dan Hokkien, plus deru angkot, bentor serta kendaraan lain yang melaju di Jalan Cirebon.

Di sini, kopi susu dihargai Rp15 ribu dan roti bakar Rp12 ribu dengan beragam pilihan rasa seperti cokelat, selai kacang dan srikaya. Saya sangat merekomendasikan memesan kopi susu panas dan roti bakar srikaya atau selai kacang. Pertemuan rasa pahit dan manis kopi susu kian sempurna dengan manis selai srikaya. Sementara roti bakar selai kacang membuat 'notes' kacang pada kopi makin 'tebal'.

Mumpung masih pagi, saya memutuskan untuk jalan-jalan di Jalan Jenderal Ahmad Yani atau terkenal dengan sebutan Kesawan. Transportasi di Medan ada banyak pilihan tapi saya memilih menggunakan taksi online yang mudah dan cepat.

Mengunjungi rumah Tjong A Fie

Rumah Tjong A Fie, seorang taipan Medan berdarah Tionghoa, memiliki perpaduan gaya arsitektur Melayu, China dan Barat yang indah. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari)

Berkunjung ke Medan bakal makin lengkap dengan mampir ke rumah taipan Medan berdarah Tionghoa, Tjong A Fie. Rumah Tjong A Fie terletak di area Kesawan atau kalau boleh saya sebut sebagai area Braga-nya Bandung.

Kesawan penuh dengan bangunan lawas tapi masih dimanfaatkan. Rumah Tjong A Fie ini terlihat menonjol sebab berpagar tinggi dengan gerbang khas bergaya China-Melayu.

Dengan tiket Rp35 ribu, saya mendapat kesempatan keliling rumah yang merupakan hadiah Tjong A Fie untuk istri ketiganya, Liem Koei Yap, seorang perempuan asal Binjai, Sumatera Utara. Rumah ditinggali bersama istri dan tujuh anak mereka hingga Tjong A Fie berpulang pada 1921.

Rumah memiliki arsitektur khas China, Melayu dan Barat. Ditemani pemandu, saya diajak berkeliling ruangan dan diceritakan kiprah Tjong A Fie di Medan maupun tanah kelahirannya di Tiongkok. Hampir semua ruangan saya bisa masuk dan mengambil gambar. Namun ada ruangan yang memang dilarang dimasuki seperti ruang sembahyang.

Tidak seluruh area rumah dibuka untuk umum. Ada area yang masih difungsikan sebagai tempat tinggal oleh cucu Tjong A Fie yakni Mimi Tjong yang kini mengurus museum. Lokasi ini tepat dikunjungi setelah sarapan, sebab museum baru buka pukul 9 pagi.

Mengintip Kota Medan dari Sisi yang Berbeda


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :